ALHAMDULILLAH SANTRI
ALHAMDULILLAH SANTRI
(Oleh : Fina Jannah Kurati / XIIC)
“Ris,kamu mau ikut rapat OSIS tidak?” Tanya wanita berkerudung biru itu kepada temannya.
“Iya dong harus ikut” jawab temannya dengan cengiran khasnya.
“loh…tapi kamu kan belum mandi” Tanya wanita berkerudung biru yang bernama Fika itu kepada temannya.
“Tenang aja,ikutin caraku yah” ucap Riska,lalu dia mengambil deodorant dan di oleskan ke ketiaknya,lalu mengambil krim wajah dan bedak lalu disapukan ke wajahnya,dan tak lupa dia memakai parfum yang lagi ngetren di kalangan santri dan disemprotkan ke tubuhnya,hingga ruangan tersebut harum berbaur dengan parfumnya.Fika hanya memandang teman satunya dengan perasaan aneh dan ngeh mencium parfum Riska yang overdosis memenuhi kamarnya.
“Gimana udah kelihatan orang udah mandi?” Tanya Riska seraya berpose seperti model yang berjalan di catlwalk.
“Kelihatan udah mandi apanya? Lihat dulu tuh ke cermin,belek sama iler masih kelihatan banget bekasnya” Riska yang mendengar hal itu buru-buru ke cermin dan membersihkan belek dan iler di wajahnya,sedangkan Fika tertawa terpingkal-pingkal melihat kelakuan temannya itu.
“Widih giliran rapat bareng putra aja kamu semangat,coba kalau tidak bareng putra,udah letoy duluan kamu” cerocos Fika lagi.
“Gak usah banyak bicara,buruan ayok,nanti kena marah sama Ustad Rizal” Riska menarik Fika keluar dari kamarnya.Mereka melangkah menuju aula tempat berkumpul anggota OSIS.
Pondok Pesantren Al-Hidayah tempat para santri mencari ilmu dan barokah.Pesantren yang diasuh oleh Kyai termahsyur di kotanya.Bangunan yang didominasi cat warna hijau dan kuning ini telah menampung kurang lebih 600 santri putra dan putri.Asrama putra terletak di bagian kanan dan asrama putri terletak di bagian kiri dengan jalan raya yang memisahkan kedua asrama tersebut.
“Eh..yang pakai baju merah itu siapa ya?” Tanya Fika kepada Riska ketika mereka telah duduk di aula dengan farmasi membentuk huruf U.
“Aku juga gak tau,tapi aku kemarin lihat dia bicara dengan Ustad Fahri” jawab Riska “Lah,kalau yang pakai baju hitam dan sarung biru itu akau kenal,kalau tidak salah namanya Rahman” tambahnya kemudian.
“Loh,bukannya itu Ramdhan ya?” Sahut Rani yang duduk di belakang Riska dan Fika.
“Aiss..sok kenal banget kamu,itu namanya Rahman” ucap Riska dengan penuh penekanan,sedang santri putra yang mereka bicarakan tengah berbicara dengan temannya dan bersikap acuh tak acuh.
Para santri terus dengan keasyikan sendirinya seraya menunggu pembina OSIS datang.Para santri putri asyik membicarakan santri putra,kadang bertanya,menatap,atau menjawab sok tau seputar tentang santri putra yang duduk dihadapan mereka.Hingga akhirnya Ustad Rizal dating dan mulai membahas acara classmeeting.Sekitar satu jam setengah,rapat tersebut selesai.
.
“Rani aku ganti kamar mandi udahnya kamu ya?” teriak Fika setelah mereka keluar dari aula.
“Loh,gak bisa tadi aku udah bilang ke Rani,setelah Rani itu aku” protes cewek berkrudung hitam yang bernama Dinda.
“Udah gak usah tengkar masalah kamar mandi,hari ini kan libur sekolah jadi juga libur mandi deh” terang Riska kepada Fika.
Perlu kalian ketahui,rata-rata santri putri yang ikut rapat OSIS tadi pada belum mandi.Mereka melakukan cara ampuh Riska supaya kelihatan seperti oaring selesai mandi.
Mereka berjalan kembali ke kamar,sambil sesekali menyapa teman yang tengah duduk santai menikmati libur sekolah.Ada yang ngobrol,baca novel,atau sekedar melamun meratapi nasib yang belum di jenguk orangtua sedang uang telah menipis.
Waktu terus berlalu,hingga berjamaah sholat isya’,para santri bergegas pergi ke aula pondok Karena ada acara.
“Kamu tidak mau ikut acara” Tanya Fika yang melihat Riska tengah tiduran.
“Nggak ah..capek,ngantuk,pengen tidur.
“Yakin nggak mau ikut,nanti ada pengurus ngontrol perkamar habislah kamu kena denda”
“Tenang,santai,enjoy,seorang Riska Audyashela tidak mungkin terkena denda sama mereka,secara gitu Riska” ucap Riska dengan menepuk dadanya.
“Gayamu aja..ya sudah aku berangkat sendiri”
Sepeninggal Fika,Riska segera mencari minyak kayu putih lalu dioleskan keningnya dan ditutup menggunakan bantal-cara ini berguna untuk membuat suhu badan panas- dengan segera Riska menyelimuti dirinya dan tak lupa ia mengenggam minyak kayu putih.Akting dimulai.
* * *
“Riska..Riska bangun” seru suara penuh wibawa itu.
“hmm.. aku lagi datang bulan.Jadi jangan bangunin buat sholat subuh” ucap Riska dengan mata terpejam.
“Riska bangun,kenapa kamu tidak ikut kegiatan” tanyanya lagi.’Eh…tunggu dulu,apa katanya..kegiatan..jadi muallimah ini bangunin aku bukan karena sholat subuh,tapi karena…aduh gimana nih..?’ batin Riska.
“Aduh muallimah,,saya sakit perut dan panas,,suer,buktinya saya megang minyak kayu putih” Riska menunjukkan minyak kayu putih yang untungnya masih ia genggam.
“Tidak usah banyak alasan,kamu akan dikenakan denda,siapa nama panjangmu?” tanyanya seraya memegang bolfoin dan buku.
“Aduh muallimah perut saya sakit,sakit banget ,,,saya gak kuat” acting Riska dengan memegang perutnya dan bergulung ke kanan ke kiri.’semoga muallimah ini percaya’ batinnya.Semerbak angin menghampiri mereka.
“Hmmm kamu kentut ya?!” Tanya muallimah itu seraya menutup hidungnya dan dibalas cengiran oleh Riska.
“Kan saya udah bilang,saya sakit perut,jadi wajarkan kalau saya kentut,muallimah aja dari tadi dibilangin gak percaya” muallimah itu lantas keluar dari kamar Riska.
“Huh,untung aku lagi pengen kentut,terima kasih ya dubur kesayangan,love you deh” bisik Riska sendiri.
***
Hari demi hari dilewati oleh seluruh santri dengan penuh semangat,bagaimana tidak? Sebentar lagi seluruh santri Pondok Pesantren AL-Hidayah akan kedatangan dengan yang namanya PULANGAN MAULID NABI.Yap,betul mereka akan pulang ke rumahnya selama kurun waktu 10 hari.
“Teman-teman hari ini,Ustad Mardi tidak akan mengajar karena istrinya sakit” teriak sang ketua kelas dari ujung pintu.
Sontak seisi kelas bersorak riang dan berhamburan ke belakang kelas.Jangan Tanya ngapain,merka akan tidur di lantai kelas dengan berbantal buku,tak terkecuali Riska ,sedang Fika lebih memilih membaca novel dibangkunya.Jika sudah seperti ini,keadaan kelas langsung hening yang terdengar hanya bunyi detik jam.
Tak berselang lama kemudian terdengar suara langkah mendekat.
“Assalamualaikum,Fika,anak rayon Al-Insyiroh blok C dipanggil pengurus inti pondok,disuruh ke kantor sekarang” ucap salah satu teman sekamar Fika lantas berlalu pergi.
Biasanya ketika seseorang dipanggil pengurus inti pondok berarti mengalami masalah yang berat.Fika langsung membangunkan Riska dan pergi ke kantor pengurus.
“Assalamualikum” ucap Riska dan Fika serempak ketika memasuki kantor.Disana sudah berkumpul anak kamar blok C yang berjumlah 13 orang.
“Berhubung sudah berkumpul semua,saya akan menjelaskan maksud berkumpulnya kalian disini” hening sejenak “Teman kalian Rani,telah kehilangan uang sebesar 200 ribu,yang menurut keterangan Rani,uang tersebut ditaruh didalam dompetnya.Saya Tanya kepada kalian,apakah diantara kalian ada yang mengambil uang Rani?” Tanya pengurus.Sontak seluruh penghuni kamar blok C diam,beberapa diantaranya ada yang menunduk,merapal do’a atau bersikap biasa saja,sedang Rani terlihat berlinang air mata.
“Tidak ada yang menjawab,saya tanya sekali lagi,apakah diantara kalian ada yang mengambil uang milik Rani?” Tanya pengurus lagi dengan suara naik satu oktaf,hal ini membuat seluruh blo C tambah diam.
“Baik,karena tidak ada yang menjawab,saya akan berikan keputusan untuk kasus ini” pengurus pun mengakhiri dengan salam dan para santri bergegas kembali ke kelas masing-masing.
***
Disinilah mereka berada.kawan blok C.didepan kantor pengurus tepat pada pukul 23.00 untuk menanti keputusan pengurus pondok.
“Saya akan membacakan hasil keputusan kami” ucap pengurus setelah sebelumnya mengucapkan salam. “Sesuai dengan kasus-kasus sebelumnya,kalian akan ditempatkan di berbagai wailayah pesantren.Mulai dari kamar mandi,jemuran,aula,musholla,dan berbagai tempat lainnya selama 30 menit.Dan setelah itu,apabila diantara kalian ada yang mengalami hal-hal buruk,seperti melihat penampakan atau diganggu oleh makhlus halus,maka dialah yang patut dicurigai mencuri,paham semua?” Tanya muallimah dan dibalas anggukan.
“Nanda diletakkan di aula bagian kanan,sedang Rani aula bagian kiri,Riska di kamar mandi sebelah selatan,Fika di kamar mandi sebelah utara……” setelah selesai diumumkan,para santri bergegas menuju tempat yang di tetapkan.
“Ris,aku takut” rengek Fika setelah mereka berada di kamar mandi.
“Gak usah takut,kita pasrahkan kepada Allah,udah sana kamu ke utara”
Tak berselang lama,lampu pun dimatikan,suasana di kamar mandi begitu menyeramkan,apalagi sekarang hamper pukul 12 malam.Terdengar suara barang jatuh,koper yang ditarik,dan bunyi tangisan –perbuatan pengurus untu mentakuti-.Waktu 30 menit berjalan lama sekali,Riska memutuskan untuk duduk di pantat ember anti pecah.’Sekarang kan hampir pulangan,jadi wajarlah kalau ada yang hilang uangnya.Uang Rani kok bisa hilang ya?Menurut aku kasus ini ada dua kemungkinan,ada yang ngambil atau salah naruh dompet’ piker Rani.
Tiba-tiba lampu kembali menyala yang menandakan sudah 30 menit dan muncul sosok pengurus yang mengadili mereka
.”Kalian sudah bisa keluar” titahnya.
“Alhamdulillah,,aku sudah kayak mayat aja didalam,kalau kamu gimana Fik,diganggu gak?” Tanya Riska.
“Apanya yang diganggu,wong aku ketiduran di dalam” kekeh Fika.
“Kebiasaan emang”
Mereka kembali berkumpul dengan teman sekamarnya,karena tidak ada yang diganggu oleh makhlus halus,pengurus memutuskan untuk melanjutkannya esok.
***
Hari ini mereka kembali bersekolah,tepat ketika bel istirahat berbunyi,Riska mengajak Fika menuju kantor pengurus.Fika yang ditarik paksa oleh Riska akhirnya mengikuti kemauan sahabatnya itu.Setelah mengucapkan salam,keduanya dipersilahkan duduk.
‘Begini muallimah,menurut analisa saya,uang Rani yang hilang belum tentu hilang karena diambil orang,melainkan terdapat beberapa factor lainnya,misalnya salah menaruh” ungkap Riska.Mendengar hal itu muallimah tersebut berdiskusi dengan temannya.
“Baiklah kalau menurut Riska seperti itu,kita kekamar kalian dan Fika silahkan panggil teman kamarmu yang lain”
***
Sesampainya dikamar blok C,Rani langsung menggeledah barangnya,mulai dari lemari bagian buku,bagian baju,tempat makanan,kardus kirima,bantal,dan surprise…dompet Rani yang hilang ada di dalam sarung bantal.Rani membuka dompetnya dan terlihat 2 lemn=bar uang ratusan.
“He he..maaf ya muallimah,teman-teman,akau salah naruh dompet ternyata” ucapnya cengengesan yang dibals gelengan kepala oleh semuanya.
“Ya sudah,lain kalau ada barang hilang,dicari dahulu,jangan gampang paning lantas menangis,mengerti?” Rani mengangguk “Klau begitu,kalian segera kembali kekelas,waktu istirahat sudah mau habis” titah muallimah.
Lantas berjalan beriringan dengan senyum yang mengembang di wajah kami.Alhamdulillah,kasus uang salah naruh sudah selesai.
Seperti inilah kami santri,dengan kebersamaan yang melengkapi.Teman bagai saudara,kabersamaan bagai keluarga,pondok pesantren bagai sebuah rumah tempat pulang dan menimba iilmu,pengasuh bagai orang tua yang selalu memberikan petuahnya dan ustadzah bagai kakak yang selalu memberikan ilmu dan nasehatnya.
Suka duka dan berbagi bersama merupakan ciri khas kami.Keluarga Santri.
Tags : Tulisan
Lutfi
MEDIA SMAS PLUS MIFTAHUL ULUM
Ditunggu ide-idenya pada kolom komentar sebagai ikhtiar bersama meningkatkan kualitas pendidikan
- Lutfi
- Jl. Pesantren No. 11 Tarate Pandian Sumenep
- smaplusmu@gmail.com
- 085233233188
Posting Komentar