Rabu, 12 Agustus 2020

Pendidikan Orang-Orang Pinggiran Saat Pandemi Covid-19

Pendidikan adalah gerbang menuju kesuksesan. Itulah ungkapan yang pernah kita dengar dari seseorang atau kita baca di sebuah tulisan. Pernyataan motivasi tersebut mengindikasikan betapa pentingnya pendidikan sehingga untuk mendapatkan kesuksesan harus membuka pintu pendidikan dan memasukinya. 

Pendidikan seperti oase atau telaga di tengah padang tandus yang menyimpan harapan bagi kehidupan sekitarnya. Pendidikan seperti kereta api yang memiliki banyak gerbong kemudian gerbong-gerbong tersebut berisi orang-orang yang berharap sampai ke tujuan dengan selamat. Selanjutnya sukaria dari penumpang ketika telah tiba di tujuan. 

Pentingnya pendidikan yang disertai kemajuan dan perkembangan zaman turut menggeser pandangan orang tua terhadap putra-putrinya. Jika dulu orang tua banyak memilih untuk menikahkan anaknya secara dini atau paling tidak lebih memilih bekerja daripada sekolah, saat ini orang tua justru banyak mendukung anaknya untuk sekolah sampai pergguruan tinggi. 

Sekolah yang ada saat ini telah menjadi ikon suatu lembaga pendidikan. Perubahan demi perubahan pada sekolah terus berlanjut hingga kini. Bisa kita bayangkan, sekolah yang dulu hanya sebatas mengisi waktu luang dengan belajar, sekarang malah menjadi lembaga yang para siswa untuk belajar. Sekolah pula dapat mengeluarkan ijazah sebagai tanda anak pernah sekolah dan dinyatakan lulus. Bermodal ijazah itu pula anak dapat menentukan masa depannya untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi atau bekerja. 

Seiring berjalannya waktu, sekolah terus berkembang. Bangunan-bangunan tegak berdiri dan didukung dengan segala fasilitas yang ada. Teknologi pun turut menjadikan sekolah semakin mantap sebagai lembaga yang dapat menyokong kesuksesan anak. Akhirnya, sumber belajar pun saat ini tidak hanya guru atau buku, tetapi internet dengan segala kecanggihannya menjadi sumber belajar berikutnya yang digemari.

Ragam kemajuan pendidikan di negara kita saat ini semakin tampak manakala covid-19 atau korona menyerang dan memakan korban. Kegiatan sekolah dapat dilakukan di rumah dengan memanfaatkan media pembelajaran seperti whatsapp, zoom, youtube, facebok dan lain sebagainya. Dengan begitu, kegiatan belajar mengajar tetap berjalan meski tak sebagaimana mestinya. 

Selanjutnya membayangkan kemajuan pendidikan dengan sekolah yang telah mentereng dan fasilitas luar biasa memang begitu indah. Namun siapa sangka, seperti yang telah disebutkan tadi bahwa pendidikan seperti oase atau telaga di gurun pasir, nyatanya tidak semua orang dapat menikmati kesegaran airnya. 

Faktor-faktor seperti ekonomi, fasilitas, wilayah menjadi kendala dikecapnya tetes kemajuan itu. Berdasarkan faktor-faktor tersebut itulah penulis menulis sekolahnya orang pinggiran. Orang pinggiran tidak hanya dibatasi oleh wilayah saja, akan tetapi dari segi ekonomi pula menjadi tersisih untuk sekolah dan memperoleh pendidikan. 

Bahkan ekonomi menjadi masalah utama bagi orang-orang pinggiran yang membuatnya tidak bisa turut andil dalam menyelami sumber air yang bernama pelajaran ataupun kalau ada masih perlu usaha ekstra menggapainya. Bisa dilihat saat ini, ketika pandemi covid-19 tidak semua orang dapat mengikuti pelajaran yang diadakan dengan cara daring. Alasan-alasanya adalah ketiadaan perangkat seperti gawai, paketan data dan jaringan. Tidak sedikit anak-anak yang harus menumpang perangkat gawai kepada orang lain untuk belajar atau satu gawai untuk semua dalam keluarga. 

Selanjutnya, pertimbangan membeli paketan data menjadi urutan ke sekian setelah kebutuhan pokok terpenuhi. Jika pun ada paket tentu haruslah hemat untuk kebutuhan yang lain dan tidak melulu urusan sekolah. Bagi orang yang berkecukupan tentu paket bukanlah apa-apa untuk tetap bisa belajar. 

Dari segi letak wilayah, kita tidak bisa menutup mata bahwasannya pendidikan di Indonesia tidak semulus jalan tol di kota-kota besar. Daerah-daerah pinggiran masih kurang terfasilitasi dengan maksimal. Hal itu dapat kita lihat dari berbagai media seperti televisi, koran, dan lainnya. 

Dapat dilihat bahwasannya tidak semua daerah dapat menangkap sinyal ponsel. Bahkan yang lebih miris lagi ada daerah yang belum menerima pasokan listrik. Hingga akhirnya, apa yang dipandang sebagai kemajuan jika dipotret dari sudut pandang yang telah dijelaskan di atas menjadi anomali pendidikan yang sebenarnya di negara ini. 

Orang-orang pinggiran dengan keadaan yang serba kekurangan menjadi potret tersendiri atas ketidakmerataan pendidikan. Terlebih lagi saat pandemi covid-19 menyerang negara ini. Potret lain dari pendidikan orang-orang pinggiran, terutama saat pandemi covid-19 dapat dilihat dalam lingkungan keluarga. 

Kita bisa membayangkan bahwa tidak semua orang tua dapat memahami tugas sekolah siswa selama belajar dari rumah. Bahkan, terdapat sebagian orang tua yang masih buta huruf. Oleh karena itu, menjadi maklum manakala orang tua memasrahkan anaknya secara penuh ke sekolah. Sekolah menjadi sumber pendidikan utama untuk masa depan anaknya. 

Kita dapat melihat adanya kelas-kelas pendidikan di negara kita ini. Kelas berdasarkan wilayah seperti kota, desa, pelosok, terluar, dan tertinggal. Ada pula berdasarkan ekonomi seperti orang kaya, miskin, dan konglomerat. Berdasarkan pekerjaan pun dapat disebutkan seperti anak petani, buruh, pegawai dan pengusaha. Pengkotakan semacam itu pada akhirnya menunjukkan sekolahnya orang kaya, orang miskin, pengusaha dan beragam pandangan lainnya. 

Dari semua itu, pemerataan pendidikan menjadi suatu keharusan dari pusat sampai daerah agar setiap generasi masa depan bangsa memiliki masa depan yang cerah guna membangun Indonesia yang lebih maju. Fasilitas pendidikan termasuk juga infrastruktur harus menjadi tujuan utama pembangunan agar lebih nyaman dalam proses peningkatan mutu pendidikan di negara ini. 

Terakhir adalah adanya covid-19 menjadi bahan refleksi dan keterbukaan pandangan kita terhadap pendidikan orang-orang pinggiran. Kita juga dapat melihat ketimpangan pendidikan kita selama ini yang katanya semakin hari kian maju, namun kemajuan itu belum dirasakan oleh seluruh wilayah. 

Bagi orang-orang pinggiran, kembali dibukanya sekolah secara perlahan dan bertahap sesuai dengan protokol kesehatan menjadi angin segar yang berembus dari dataran tinggi dan membawa kesejukan. Kesungguhan dan kedisiplinan dalam melawan covid-19 menjadi solusi normalnya berbagai sektor terutama pendidikan.

Artikel ini juga tayang di Kompasiana.com sebagai artikel utama dan bangtongar.com

Rabu, 06 Mei 2020

Agar Tak Ambyar, OSIS SMA Plus Miftahul Ulum Lakukan Kegiatan Ini Saat Ramadan!

Agar Tak Ambyar, OSIS SMA Plus Miftahul Ulum Lakukan Kegiatan Ini Saat Ramadan!

Sumber: Tribunnews.com

Halo sobat ambyar! Segala-galanya ambyar kan gegara pandemi covid-19? Kata ambyar akhir-akhir ini begitu trending menghiasi pembicaraan. Kata itu pula sering disebutkan dalam berbagai media, khusunya media online. Akibatnya, kami pun ikutan, entah karena latah atau karena trend.

Oh iya guys, covid-19 membuat ambyar berbagai sektor di bumi pertiwi ini, tidak terkecuali sektor pendidikan. Di sektor pendidikan, covid-19  berdampak pada beberapa kegiatan, seperti kegiatan pembelajaran dilakukan secara daring, ujian nasional ditiadakan secara prematur, dan pelulusan siswa tanpa resepsi. Antara senang dan sedih, bingung deh!

Dalam lingkup organisasi lebih kecil di sekolah nih, covid-19 telah mengambyarkan rencana kegiatan kami, tepatnya OSIS SMA Plus Miftahul Ulum yang telah di susun jauh-jauh hari sebelum ramadan. Misalnya, kegiatan safari ramadan, bagi-bagi takjil dan buka puasa bersama yang biasa diadakan setiap tahun, kini di tahun cantik  2020 ini tidak dilaksanakan. Ambyar tenan guys!

Tak ingin kehilangan momentum saat bulan Ramadan membuat kami memutar otak. Kami bersikeras agar tidak ambyar seambyar-ambyarnya tanpa kegiatan. Kami berprinsip meskipun covid-19 melanda, kreativitas kami tak dapat didera. Akhirnya, otak yang kami putar membuahkan hasil guys, hehe. Beberapa kegiatan pengganti kami susun sampai akhir bulan Ramadan.

Sebelum dijelaskan apa saja kegiatannya, kami jelaskan dulu manfaatnya guys. Kegiatan ini kami susun dengan upaya tetap menjaga tali silaturahmi. Lepas dari itu kegiatan ini dapat meningkatkan karakter religius kita jika dikerjakan dan dipahami dengan sungguh-sungguh. Ingat ya, sungguh-sungguh!

Kelebihannya dari kegiatan ini, kita dapat mendulang pahala yang melimpah. Apalagi di bulan yang penuh berkah ini. Lainnya, kegiatan ini dapat dilakukan lintas daerah guys bersama saudara atau teman karena menggunakan handphone. Nah, biar tidak terlalu lama, yuk simak kegiatan yang kami laksanakan!

Berbagi hikmah ramadan

Ramadan kali ini berbeda dengan ramadan tahun sebelumnya. Ramadan sebelumnya kita dapat mendengarkan ceramah secara langsung di masjid saat tarawih dan setelah subuh. Saat ini kita hanya bisa mendengarkan ceramah melalui video karena diberlakukannya physical distancing. 

Karena keterbatasan pertemuan secara fisik, kami mengakalinya dengan memanfaatkan handphone yang kami punya. Kegiatan kami adalah berbagi hikmah Ramadan dalam bentuk tulisan dan video. Kami bekerja sama dengan pengelola sekolah untuk berbagi tulisan dan video.

Waktu berbagi hikmah ramadan dapat dilakukan di waktu sore di grup Osis. Kami dapat membaca tulisan atau menonton video sambil menunggu waktu berbuka tiba. Setelah selesai menyimak, dilanjutkan dengan diskusi via WhatsApp. Di akhir kegiatan, kami dapat mencatat poin-poin hikmah ramadan tersebut.

Khotmil Quran bersama

Handphone yang kita miliki juga dapat dimanfaatkan sebagai media untuk tadarus selama ramadan. Dengan group yang telah dibentuk sebelumnya, pengelola sekolah membuat daftar yang akan ikut tadarus dengan judul "Khotmil Quran Osis ...". Berikutnya pengelola memandu kami untuk menuliskan nama-nama kami ke dalam daftar sesuai dengan nomor urut dan juz dalam Alquran yang akan dibaca. Kami diberikan kebebasan mau mengaji juz berapa saja.
Sumber: Hasil tangkapan layar grup Khotmil Quran OSIS SMA Plus Miftahul Ulum

Dalam kegiatan khotmil Quran ini pengelola memberikan ketentuan selama tiga hari untuk mengaji satu juz. Jadi, selama tiga hari telah merampungkan tiga puluh juz dalam Alquran. Bisa dihitung dalam satu bulan, kami bersama dengan pengelola telah khatam Alquran sebanyak sepuluh kali.

Doa bersama setelah khatam

Rasa-rasanya kurang afdal kalau mengkhatamkan Alquran tanpa diakhiri dengan doa khotmil Quran. Doa adalah pengharapan kami kepada Allah Swt. agar lembaga kami semakin maju dan berkembang dalam pendidikan. Menjadi lembaga pendidikan yang melahirkan generasi penerus bangsa yang berilmu, beriman dan bertakwa.

Doa juga adalah pengharapan kami agar Allah Swt. senantiasa membimbing kami selalu berada di jalan-Nya. Oleh karenanya, setiap kami khatam, kami mengadakan doa bersama. Doa itu dipimpin langsung oleh Majelis Keluarga Pondok Pesantren Al-Usymuni secara bergiliran.

Semoga selepas lebaran nanti, kami dapat memotong ayam dan makan bersama sebagai selamatan. Hehehe, bercanda guys!

Sebagai penutup, covid-19 bukanlah penghalang untuk kita berkegiatan, lebih-lebih saat bulan ramadan sekarang ini. Pahala dapat kita raih dengan memanfaatkan apa yang kita miliki meskipun dari rumah. Begitula cerita kami, semoga memberikan manfaat bagi pembaca.

Salam berbagi kebaikan di bulan suci

Salam tim redaksi OSIS SMA Plus Miftahul Ulum

Sabtu, 02 Mei 2020

LAMPIRAN SK KELULUSAN PESERTA DIDIK KELAS XII TAHUN PELAJARAN 2019/2020

LAMPIRAN SK KELULUSAN PESERTA DIDIK KELAS XII TAHUN PELAJARAN 2019/2020



Jumat, 01 Mei 2020

RAPAT PENETAPAN KELULUSAN KELAS XII SMA PLUS MIFTAHUL ULUM TAHUN PELAJARAN 2019/2020

RAPAT PENETAPAN KELULUSAN KELAS XII SMA PLUS MIFTAHUL ULUM TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Kepala Sekokah Ibu Rumzil Azizah, S.Pd.I
Memberikan sambutan
Wakasek Kurikulum Bpk. Nilta Najm
Memimpin Rapat dan meminta laporan kepada masing-masing Wali Kelas XII
Laporan oleh Wali Kelas XII-B Ibu Tutik Herawati S.S
Laporan oleh Wali Kelas XII-E Ibu Halimatussadiya, S.Sy
Waksek Humas Bpk. Hariyanto, S.Psi memberikan saran berkaitan dengan mekanisme pelulusan dan penyerahn Surat Keterangan Lulus kepada siswa kelas XII

Kamis, 30 April 2020

SURAT EDARAN tentang PELAKSANAAN PENGUMUMAN KELULUSAN KELAS XII TAPEL 2019/2020

SURAT EDARAN tentang PELAKSANAAN PENGUMUMAN KELULUSAN KELAS XII TAPEL 2019/2020


Selasa, 24 Maret 2020

Isra Mikraj, Virus Corona, dan Refleksi Diri

Isra Mikraj, Virus Corona, dan Refleksi Diri


Hari Jumat yang lalu, tepatnya tanggal 20 Maret 2020 kami agendakan perayaan Isra Mikraj Nabi Besar Muhammad saw. Proposal sudah di ACC oleh pihak sekolah dan persiapan sudah matang. Sayang beribu sayang kegiatan isra mikraj di sekolah kami gagal dilaksanakan setelah diterbitkannya surat edaran untuk belajar di rumah tanggal 16 Maret lalu. Surat edaran itu diterbitkan untuk mengantisipasi semakin merebaknya virus corona yang saat ini menjadi pandemi global. Satu dari agenda kegiatan kami pun gagal.

Siswa yang semula sudah mengetahui agenda kami juga ikut menyayangkan gagalnya kegiatan isra mikraj. Lantas mau bagaimana lagi, kami juga harus memerhatikan kemaslahatan bersama.

Sebenarnya, urungnya peringatan isra mikraj bulan ini bukan di sekolah kami saja. Dari masjid dan mosalla yang biasa merayakan isra mikraj tidak terdengar pengumuman akan mengadakan peringatan.  Bahkan, di Masjid Jami' di pusat kota juga tidak terdengar informasi kalau akan mengadakan isra mikraj. Toa masjid kali ini sepi dari pengumuman isra mikraj.

Lalu hikmah  apa sebenarnya yang dapat diambil dari kejadian ini?

Menyikapi kejadian ini, refleksi diri kita pandang perlu untu dilakukan. Mari kita tarik mundur ke belakang, tepatnya satu tahun yang lalu kita masih bisa memperingati isra mikraj  bersama-sama, menghadiri pengajian dan menyimak ceramah kiai. Selain itu, pawai obor dan selawat kita dengar saat malam isra mikraj. Namun, saat ini situasi tidak memungkinkan. Barangkali saat ini adalah waktunya kita mengaji sendiri hidup kita melalui peristiwa isra mikraj dan pandemi virus corona ini. Saat ini kita diberi kesempatan untuk bertafakur melebur diri dalam kesunyian malam. Saat ini kita diberi kesempatan beribadah secara pribadi dan bersama keluarga dengan sebaik-baik ibadah dan dengan sebaik-baik pendekatan.

Refleksi diri dapat dilanjutkan pada tahun terjadinya peristiwa isra mikraj sendiri. Peristiwa tersebut dapat dikatakan sebagai hadiah yang diberikan oleh Allah Swt. kepada Nabi Muhammad saw. untuk mengobati kesedihan Nabi. Tahun tersebut memang disebut sebagai tahun kesedihan karena wafatnya dua orang yang disegani dan disanyangi Nabi, yaitu Abu Thalib dan Khadijah.

Peristiwa isra mikraj terjadi dalam waktu satu malam. Perjalanan dimulai dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha dan kemudian dilanjutkan ke Sidratul Muntaha. Peristiwa ini dapat diproyeksikan sebagai hubungan horizontal dan vertikal. Secara horizontal melambangkan hubungan sosial dan vertikal melambangkan hubungan dengan Allah Swt. Di dalam peristiwa isra mikraj itulah Nabi Muhammad saw. mendapatkan perintah untuk melaksanakan salat lima waktu.

Dalam menghadapi pandemi virus corona saat ini, menggali hikmah dari isra mikraj dapat memberikan motivasi tersendiri. Tahun ini boleh kita  anggap sebagai tahun kesedihan karena saat ini secara global menghadapi pandemi virus corona. Di tahun kesedihan ini pula kita dapat menanamkan keyakinan bahwasanya setelah ini akan ada kemudahan sebagaimana yang dijanjikan oleh Allah Swt. dalam surat Al-Insyirah ayat 6 "Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan". Keyakinan yang dibangun tentu harus diiringi dengan kesabaran agar lebih dekat dengan Allah.

Pandemi virus corona ini juga dapat kita anggap sebagai ujian keimanan dan ketakwaan kita. Ujian sebagaimana anak sekolah sebelum keputusan kenaikan tingkat. Kualitas hasil ujian yang baik akan menghasilkan kemuliaan di sisi Allah Swt. Dari dimensi sosial, kita dapat mengaji diri, sudahkah kita tolong menolong dalam kebaikan dan tidak tolong menolong dalam kemungkaran. Mengeja dan mengajar diri sendiri sebelum mengeja dan mengajar orang lain dan kehidupan. Bersama keluarga, inilah kesempatan kita untuk membangung kedekatan interpersonal dan membungkusnya dengan kegiatan-kegiatan edukatif. Kegiatan yang membangun kesadaran kognitif, psikomotorik, sikap dan spiritual.

Selanjutnya, dalam menghadapi pandemi virus  corona ini mari kita kembali kepada Allah Swt.  Melalui peristiwa isra mikraj, kita diperintahkan untuk melaksanakan salat. Salat sebagai jalan kembali kepada Allah Swt. dan sebagai bentuk penghambaan dengan sebanar-benarnya hamba. Dengan kesadaran penuh seorang hamba, salat menjadi sebuah solusi dalam setiap permasalahan. Jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (Yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya”. (Al-Baqarah: 45-46).

Salat sebagaimana telah disebutkan di atas adalah bentuk penghambaan sejati, sebentuk doa dan munajat yang indah. Salat adalah bentuk ketundukan dan kepatuhan kita kepada Allah Swt., sebagai pembuktian bahwa kita akan melaksanakan apa yang telah diperintahkan dan menjauhi apa yang telah dilarang. Hadirnya virus corona dapat dijadikan pendukung untuk pendekatan kepada Sang Pencipta, pendukung untuk bermesraan dengan-Nya.

Sekian