Sabtu, 19 Januari 2019

SMARTPHONE ITU CANDU

SMARTPHONE ITU CANDU
Kiranya patut kita berterima kasih atas penemuan telepon oleh Antonio Meucci (1849) sebagai alat komunikasi yang dapat digunakan sampai saat ini. Perkembangan telepon semakin lama semakin pesat dan praktis. Pada tahun 1928 Martin Cooper menemukan telepon genggam (handphone) yang dapat dibawa kemana-kemana. Dari penemuan Martin Cooper inilah menjadi cikal-bakal perkembangan dan kemajuan telepon genggam di seluruh dunia khususnya Indonesia, sehingga pada perkembangan berikutnya dikenallah telepon pintar (smartphone).
 Cepatnya perkembangan smartphone menjamur ke seantero negeri mejadikan negeri ini sebagai pangsa pasar besar yang dijadikan produsen untuk meraup keuntungan penjualan. Dilansir dari laman kominfo.go.id, lembaga riset digital marketing memperkirakan bahwa pada tahun 2018 jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia lebih dari 100 juta orang. Ini membuktikan bahwa hampir separuh penduduk Indonesia menggunakan smartphone. Dari banyaknya pengguna ini pulalah menunjukkan smartphone di negeri ini menjadi candu.
Pengguna smartphone tak mengenal usia. Penggunanya dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak sampai dewasa. Penggunaan smartphone dapat memungkinkan orang untuk mengakses segala sesuatu yang berkaitan dengan pengetahuan kehidupan, mulai dari yang baik sampai yang buruk. Gesellschaft für Konsumforschung (GfK) Asia menyebutkan bahwa rata-rata pengguna smartphone di Negara Indonesia menghabiskan 5.5 jam dalam sehari.
Smartphone memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan dengan perangkat lainnya seperti computer dan laptop. Barangnya yang kecil dan ringan memudahkan penggunanya untuk membawa kemana saja, tinggal dimasukkan dalam kantong atau tas kecil. Apabila sewaktu-waktu penggunanya ingin menggunakan tinggal ambil dan siap digunakan. Oleh karenanya, smartphone dapat digunakan dimana saja asal suka. Sambil duduk di warung kopi, kantor, taman atau tempat lainnya orang bisa menggunakannya, terlebih lagi di tempat yang menyediakan jaringan wifi gratis.
Lalu apa saja yang diakses sehingga penggunanya dapat menghabiskan waktu berjam-jam? Jawabannya cukup beragam. Pada umumnya pengguna smartphone berselancar dengan internet mengakses google, youtube, situs belanja oline atau sekedar online di dunia maya semisal facebook, twitter dan instagram. Selain berselancar dengan internet, pengguna kerap kali bermain game online seperti Mobile Legend, PUBG, dan game-game lainnya yang menarik.
Khusus game pertama (Mobile Legend) memiliki banyak peminat di Indonesia. Game yang dibuat oleh Moonton ini memang sangat menarik dengan didukung grafis yang bagus pula. Operational Moonton Indonesia, Dimaz Wiratama S menyebutkan bahwa penggna aktif bulanan Mobile Legend di Indonesia mencapai 50 juta. Ini sangat menarik sekali untuk dibahas dan mungkin akan dibahas pada opini berikutnya.
Beragam fitur yang disediakan dalam internet membuat smartphone seolah tidak ingin lepas dari genggaman. Sebab itu, selain memiliki dampak yang positif, terdapat pula dampak yang negative. Kecanduan smartphone akan berpengaruh terhadap kesehatan dan lingkungan sosial. Dalam bidang kesehatan, smartphone akan menurunkan kinerja otak, mata menjadi rabun, dan kram terhadap leher. Dalam lingkungan social, seseorang akan bersikap antipasti terhadap orang lain dikarenakan sibuk dengan apa yang digenggam.
Masalah yang kedua ini cukup mudah kita temui dalam lingkungan social. Sebagai contoh, cobalah pergi ke warung kopi yang menyediakan layanan wifi gratis maka akan kita temui orang-orang yang asyik dengan smartphonenya. Keasyikan tersebut membuat lupa pada orang yang ada di sebelahnya karena ada dunia yang dianggap lebih menarik daripada dunia riil yang ada di depan mereka. Ketika ditanya pun akan menjawab dengan seadanya saja dan bahkan jawaban yang diberikan sambil lalu melihat smartphone yang digenggam. Sikap antipati seperti ini akan menyebabkan anti social sehingga orang akan merasa tidak perlu berteman, bertetangga, dan bermasyarakat.
Penggunaan smartphone tanpa batas akan menyebabkan pergeseran nilai-nilai kehidupan, seperti pergeseran nilai social menjadi nilai egoisme pengguna. Dampak seperti ini tidaklah baik, khususnya bagi pengguna itu sendiri dan masyarakat pada umumnya. Kebiasaan gotong royong dan hidup bersama yang telah menjadi ciri kehidupan bermasyarakat di negara tercinta ini harus berubah menjadi kehidupan individualisme seperti orang-orang luar negeri (Amerika dan Eropa). Kehidupan bermasyarakat kita sudah baik dan jangan sampai hilang karena pengaruh barang kecil yang bernama smartphone.
Perlu ada penanganan serius untuk menangani masalah ini. Perlu ada batasan yang jelas dalam menggunakan smartphone, semisal berapa jam dalam sehari. Penanganan yang baik akan membuahkan hasil yang baik pula. Penanganan dapat dimulai dari diri sendiri dengan membatasi penggunaannya. Dalam kehidupan keluarga dapat dibuat peraturan atau larangan menggunakan smartphone di waktu-waktu tertentu. Selain itu, harus ada larangan atau batasa menggunakan smartphone bagi anak kecil. Kebiasaan membiarkan anak bermain smartphone adalah cikal bakal kecanduan anak terhadap smartphone. Semua langkah atau penanganan tersebut harus dijalankan dengan konsisten dan disiplin agar memperoleh hasil yang baik di masa depan.

Tags :

bm

Lutfi

MEDIA SMAS PLUS MIFTAHUL ULUM

Ditunggu ide-idenya pada kolom komentar sebagai ikhtiar bersama meningkatkan kualitas pendidikan

  • Lutfi
  • Jl. Pesantren No. 11 Tarate Pandian Sumenep
  • smaplusmu@gmail.com
  • 085233233188

Posting Komentar