Rabu, 24 Desember 2025

MENYOAL KESEHATAN MENTAL REMAJA DALAM BAYANG-BAYANG MEDIA SOSIAL


Ilustrasi kecanduan medai sosial


Semakin canggihnya teknologi di era digital masa kini membuat masyarakat dunia menggunakan dunia maya seperti media sosial untuk berinteraksi dengan masyarakat secara virtual. Selain itu, mereka menggunakan dunia maya untuk mengenalkan dirinya kepada khalayak ramai dengan media social. Hadirnya media sosial memudahkan penggunanya berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat dunia tanpa biaya yang mahal. Hal ini menyebabkan media sosial menarik banyak pengguna dari berbagai kalangan. Media sosial yang menarik perhatian ini menjadi primadona yang dapat digunakan di setiap kesempatan. Maka, tidak salah jika kita melihat remaja dimana pun berada terus-menerus berselancar ria dengan gawainya.

Pengguna dunia maya atau media sosial salah satunya adalah kalangan remaja. Menurut (Rosmalina & Khaerunnisa, 2021) dalam penggunaannya, remaja biasanya menggunakannya untuk membagikan kegiatan pribadinya, seperti curhatan dan foto bersama teman-temannya. Secara lumrah remaja selalu ingin mencoba hal-hal baru. Mereka selalu merasa penasaran dan tidak pernah merasa puas jika hanya mencobanya sekali. Hal inilah yang lama-kelamaan menimbulkan rasa kecanduan pada diri mereka. Selain menimbulkan kecanduan, media sosial juga berdampak pada kesehatan mental remaja yang jika dibiarkan dapat memperparah keadaan remaja masa kini. Dampak-dampak ini bukan hanya dampak positif tetapi juga berdampak negatif.   

Media Sosial dan Kesehatan Mental Remaja

Sebagai makhluk sosial tentunya masyarakat tidak lepas dari masyarakat lainnya. Terlepas dari hal tersebut tentunya untuk berkomunikasi dengtan masyarakat lain, mereka membutuhkan media untuk mengabarkan kondisinya pada yang lain. Pada era digital ini masyarakat menggunakan untuk saling berinteraksi satu sama lain secara virtual. Salah satu dunia maya yang sering digunakan adalah media sosial.

Media sosial seperti tiktok, instagram, facebook, youtube dan lain sebagainya  memang sangat terkenal dalam berbagai kalangan usia, salah satunya kalangan remaja. Penggunaan media sosial selain memudahkan para pengguna dalam berinteraksi, juga memudahkan penggunanya berteman dengan masyarakat dunia tanpa mengenal usia bahkan gendermya. Berdasarkan laporan Statistik Pendidikan 2024 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik di antara 80,32 persen peserta didik yang menggunakan internet pada tahun 2024, mayoritas (90,76 persen) menggunakan internet untuk hiburan. Kemudian, tujuan penggunaan internet yang besar lainnya adalah mengakses media sosial (67,65 persen) dan mencari informasi/berita (61,65 persen). Selain itu, sekitar 27,53 persen peserta didik yang menggunakan internet adalah untuk pembelajaran online (Direktorat Statistik Kesejahteraan Rakyat, 2024).

Namun tanpa disadari para penggunanya, internet khususnya media sosial selain memberikan dampak positif, media sosial juga memberikan dampak negatif yang dapat menimbulkan tindak kejahatan bagi para penggunanya. Pengguna yang sering menjadi bumerang bagi tindak kejahatan remaja. Pada fase ini biasanya mereka masih mencari jati dirinya. Mereka akan mencoba hal-hal baru yang mampu membuat mereka penasaran. Selain itu, masa remaja merupakan masa tahapan kehidupan manusia yang ditandai dengan pemikiran yang labil (Mawaddah & Prastya, 2023).

Sebagaimana telah disampaikan di atas media sosial membuat penggunanya menjadi kecanduan. Kecanduan media sosial merupakan dampak negatif awal terhadap kesehatan mental remaja. Penyakit kecanduan ini membuat remaja tidak ingin lepas dari berselancar di media sosial sehingga mengabaikan realitas sebenarnya yang ada dalam lingkungan mereka. Kita bisa melihat terkadang para remaja abai terhadap lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, tidak salah jika ada istilah bersama tetapi tidak berkumpu karena asyik dengan media sosialnya masing-masing. Penyakit kecanduan ini pula nantinya akan memberikan peluang lebih besar terhadap remaja untuk terkena dampak lebih lanjut yaitu cyberbullying.

Dikutip dari situs unicef.org cyberbullying (perundungan dunia maya) ialah bullying/perundungan dengan menggunakan teknologi digital. Hal ini dapat terjadi di media sosial, platform chatting, platform bermain game, dan ponsel. Adapun menurut Think Before Text, cyberbullying adalah perilaku agresif dan bertujuan yang dilakukan suatu kelompok atau individu, menggunakan media elektronik, secara berulang-ulang dari waktu ke waktu, terhadap seseorang yang dianggap tidak mudah melakukan perlawanan atas tindakan tersebut. Jadi, cyberbullying merupakan perilaku berulang yang ditujukan untuk menakuti, membuat marah, atau mempermalukan mereka yang menjadi sasaran.

Remaja yang mengalami kecanduan media sosial akan mengalami kecemasan apabila tidak bermedia sosial. Dirinya akan merasa gelisah dan merasakan ada sesuatu yang kurang dalam pikirinnya. Kecemasan ini meningkat saat remaja mengalami cyberbullying. Hal ini biasanya dimulai ketika mereka mendapatkan pesan-pesan ancaman dari seseorang yang dikenal atau tidak dikenal. Dari sisi pelaku bullying, luasnya media sosial tentunya memudahkan seseorang untuk mengirim hal-hal yang mereka inginkan yang berupa ancaman kepada orang lain. Remaja menjadi korban akan mengalami kecemasan berkelanjutan jika tidak mampu mengontrol mental mereka.

Dampak lanjutan dari kecanduan dan kecemasan yang diakibatkan oleh media sosial adalah depresi. Menurut penelitian, penggunaan media sosial inilah yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental remaja. Dampak yang paling menonjol adalah depresi yang disebabkan oleh cyberbullying. Remaja yang mengalami perundungan cenderung mengalami tekanan mental yang berujung pada depresi sehingga dapat melakukan hal-hal negatif. Dampak paling parah dari depresi yang diakibatkan perundungan di media sosial adalah tindakan bunuh diri yang dilakukan oleh remaja. Yurika dikutip dari laman brin.go.id, menyebutkan kasus bunuh diri terjadi karena tekanan akademis, sosial, harapan-harapan tinggi untuk lebih berprestasi dan berkompeten di bidang akademi, perubahan hormon, emosi, permasalahan keluarga, makin banyak bullyingcyber bullying, pengaruh media informasi bebas, masalah identitas diri, dan kurangnya akses sumber dukungan kepada para remaja.

Tips dan Trik Menjaga Kesehatan Mental Remaja

Keasyikan dunia maya telah menghipnotis penggunanya khusunya remaja untuk terus menerus berselancar dalam dunia maya. Keasyikan kemudian bertransformasi menjadi candu yang menyebabkan para remaja lupa akan dirinya dan lingkungan sosial. Masalah semacam ini menjadi gejala bahwa si pengguna mengalami penurunan kesehatan mental karena tidak dapat mengontrol diri. Dampak bersarnya sebagaimana telah disebutkan di atas saat ini bukanlah sesuatu yang baru lagi tetapi telah menjadi momok menakutkan. Maka dari itu, perlu penanganan yang serius juga dalam mengatasi masalah kesehatan mental remaja akibat keasyikan bermedia sosial.

Sejatinya dalam penangan penurunan kesehatan mental remaja akibat pengaruh media sosial dapat melibatkan tiga elemen penting dalam kehidupan di lingkungan, yaitu diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Ketiga elemen tersebut yang menurut Rosmalina dan (Rosmalina & Khaerunnisa, 2021) disebut factor internal dan eksternal. Factor internal merupakan factor yang berasal dari dalam diri sendiri seperti sifat, bakat, hereditas, dan lain sebagainya. Sementara itu, factor eksternal merupakan factor yang memengaruhi remaja dari luar seperti keluarga dan lingkungan.

Secara individu, remaja dapat menjaga kesehatan mentalnya dengan beragam cara. Keberhasilan beberapa cara tersebut diperlukan kekonsistenan diri untuk melawan keinginan berlebihan mengakses dunia maya. Para remaja yang berjuang untuk memerangi keinginan berlebih dalam berselancar di dunia maya dapat mengikuti tips dan trik yang diutarakan oleh (Rosmalina & Khaerunnisa, 2021) ini.

Pertama, hal yang harus dilakuakn untuk menjaga kesehatan mental remaja adalah membatasi penggunaan media sosial. Hal ini digunakan agar remaja bisa mebagi waktu. Selain itu juga, cara ini dapat mengurangi dampak kecanduan yang berlebihan pada remaja. Cara yang digunakan untuk membatasi penggunaan media sosial adalah dengan alarm pengingat yang berbunyi saat batas waktu penggunaan media sosial. Kedua, media sosial dapat digunakan untuk mencari informasi seputar pengetahuan yang berhubungan dengan diri dan sekolah. Artinya, media sosial berfungsi sebagai sumber pengetahuan. Selanjutanya, carilah kesibukan lain untuk mengatasi kecanduan yang disebabkan oleh media sosial seperti menonton televise, membaca koran, berkumpul bersama keluarga dan tetangga dan lain sebagainya..

Ketiga, Melakukan hal positif selain mengakses internet dapat membantu mengurangi kecanduan penggunaan media sosial. Para remaja dapat melakukan aktivitas di dalam rumah atau luar rumah. Di dalam rumah, remaja dapat membantu pekerjaan orang tua, mengerjakan tugas, dan mengasah keterampilan membaca dan menulis. Di luar rumah, para remaja dapat berolahraga dan bersosialisasi dengan teman dan tetangga. Keempat, menggunakan media sosial dengan bijak menjadi factor penting untuk terhindar dari penurunan kesehatan mental remaja. Biasanya remaja menggunakan media sosial untuk hal-hal yang menarik perhatian mereka tanpa melihat dampak yang diperoleh. Mulai sekarang mulailah menggunakanakan medua sosial dengan bijak. Kelima, hal terakhir yang dapat dilakukan adalah menghapus media sosial dari perangkat untuk menghindari dampak kesehatan mental yang lebih serius.

Factor internal remaja memberikan dukungan penting agar remaja tidak mengalami penuruan kesehatan mental saat bermedia sosial. Keinginan kuat dari individu remaja untuk terlepas dari jerat media sosial yang berdampak pada kesehatan mental harus didukung factor eksternal yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pengaruh keluarga terhadap kesehatan mental merupakan hal yang sangat penting. Dukungan dan dorongan penuh dari keluarga membuat semangat dari remaja tumbuh. Hal inilah yang membuat mereka sedikit demi sedikit melupakan dunia maya khususnya media sosial. Selain dukungan, interaksi satu sama lain juga membuat masalah yang terjadi pada kesehatan mental remaja sedikit demi sedikit juga terobati.

Selain keluarga, lingkungan sekolah juga dapat mengobati kesehatan mental remaja. Kesibukan yang terjadi di lingkungan sekolah membuat perhatian remaja terhadap dunia maya menjadi teralihkan. Mereka akan memikirkan hal-hal yang terjadi di sekolah tanpa memikirkan masalah yang terjadi di media sosial. Begitu juga dengan lingkungan masyarakat. Lingkungan memberikan peran penting dalam menjaga kesehatan mental remaja dari pengaruh media sosial. Dengan mengikuti kegiatan yang terjadi di masyarakat, mereka sibuk pada organisasinya tanpa memiliki kesempatan untuk bergabung dengan kesibukan di  media sosial. Dengan begitu, remaja akan berada dalam lingkungan yang positif dan tidak mendapatkan ancaman-ancaman dari media sosial seperti cyberbullying.

Kemajuan teknologi khususnya media sosial seperti tiktok, instagram, facebook, dan youtube tidak dapat ditolak. Produk teknologi tersebut memang harus juga dikenalkan kepada remaja khususnya dalam penggunaan secara bijak. Kecanduan, kecemasan dan depresi bahkan bunuh diri merupakan dampak serius yang salah satunya disebabkan oleh media sosial tanpa kesadaran dan rasa bijak. Maka dari itu perhatian diri sindiri, keluarga, teman, sekolah, dan masyarakat menjadi penting untuk membimbing remaja berada dalam koridor yang tepat dalam penggunaan media sosial sehingga kesehatan mental tetap terjaga.

Penulis : Nur Azizah Asura Baihaqi (XII-C)

Tags :

bm

Lutfi

MEDIA SMAS PLUS MIFTAHUL ULUM

Ditunggu ide-idenya pada kolom komentar sebagai ikhtiar bersama meningkatkan kualitas pendidikan

  • Lutfi
  • Jl. Pesantren No. 11 Tarate Pandian Sumenep
  • smaplusmu@gmail.com
  • 085233233188

Posting Komentar