MENYOAL KESEHATAN MENTAL REMAJA DALAM BAYANG-BAYANG MEDIA SOSIAL
![]() |
| Ilustrasi kecanduan medai sosial |
Semakin canggihnya teknologi di era digital masa kini
membuat masyarakat dunia menggunakan dunia maya seperti media sosial untuk
berinteraksi dengan masyarakat secara virtual. Selain itu, mereka menggunakan
dunia maya untuk mengenalkan dirinya kepada khalayak ramai dengan media social.
Hadirnya media sosial memudahkan penggunanya
berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat dunia tanpa biaya yang mahal.
Hal ini menyebabkan media sosial menarik banyak pengguna dari berbagai
kalangan. Media
sosial yang menarik perhatian ini menjadi primadona yang dapat digunakan di
setiap kesempatan. Maka, tidak salah jika kita melihat remaja dimana pun berada
terus-menerus berselancar ria dengan gawainya.
Pengguna
dunia maya atau media sosial salah satunya adalah kalangan remaja. Menurut (Rosmalina & Khaerunnisa, 2021) dalam
penggunaannya, remaja biasanya menggunakannya untuk membagikan kegiatan
pribadinya, seperti curhatan dan foto bersama teman-temannya. Secara lumrah
remaja selalu ingin mencoba hal-hal baru. Mereka selalu merasa penasaran dan
tidak pernah merasa puas jika hanya mencobanya sekali. Hal inilah yang
lama-kelamaan menimbulkan rasa kecanduan pada diri mereka. Selain menimbulkan
kecanduan, media sosial juga berdampak pada kesehatan mental remaja yang jika
dibiarkan dapat memperparah keadaan remaja masa kini. Dampak-dampak ini bukan
hanya dampak positif tetapi juga berdampak negatif.
Media Sosial dan
Kesehatan Mental Remaja
Sebagai
makhluk sosial tentunya masyarakat tidak lepas dari masyarakat lainnya.
Terlepas dari hal tersebut tentunya untuk berkomunikasi dengtan masyarakat
lain, mereka membutuhkan media untuk mengabarkan kondisinya pada yang lain. Pada
era digital ini masyarakat menggunakan untuk saling berinteraksi satu sama lain
secara virtual. Salah satu dunia maya yang sering digunakan adalah media
sosial.
Media
sosial seperti tiktok, instagram, facebook,
youtube dan lain sebagainya memang sangat terkenal dalam berbagai kalangan
usia, salah satunya kalangan remaja. Penggunaan media sosial selain memudahkan
para pengguna dalam berinteraksi, juga memudahkan penggunanya berteman dengan
masyarakat dunia tanpa mengenal usia bahkan gendermya. Berdasarkan laporan
Statistik Pendidikan 2024 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik di
antara 80,32 persen peserta didik yang menggunakan internet pada tahun 2024,
mayoritas (90,76 persen) menggunakan internet untuk hiburan. Kemudian, tujuan
penggunaan internet yang besar lainnya adalah mengakses media sosial (67,65
persen) dan mencari informasi/berita (61,65 persen). Selain itu, sekitar 27,53
persen peserta didik yang menggunakan internet adalah untuk pembelajaran online (Direktorat Statistik Kesejahteraan
Rakyat, 2024).
Namun
tanpa disadari para penggunanya, internet khususnya media sosial selain memberikan dampak positif,
media sosial juga memberikan dampak negatif yang dapat menimbulkan tindak
kejahatan bagi para penggunanya. Pengguna yang sering menjadi bumerang bagi
tindak kejahatan remaja. Pada fase ini biasanya mereka masih mencari jati
dirinya. Mereka akan mencoba hal-hal baru yang mampu membuat mereka penasaran.
Selain itu, masa remaja merupakan masa tahapan kehidupan manusia yang ditandai
dengan pemikiran yang labil (Mawaddah & Prastya, 2023).
Sebagaimana
telah disampaikan di atas media sosial membuat penggunanya menjadi kecanduan.
Kecanduan media sosial merupakan dampak negatif awal terhadap kesehatan mental
remaja. Penyakit kecanduan ini membuat remaja tidak ingin lepas dari
berselancar di media sosial sehingga mengabaikan realitas sebenarnya yang ada
dalam lingkungan mereka. Kita bisa melihat terkadang para remaja abai terhadap
lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, tidak salah jika ada istilah bersama tetapi tidak
berkumpu karena asyik dengan media sosialnya masing-masing. Penyakit kecanduan ini pula nantinya akan memberikan
peluang lebih besar terhadap remaja untuk terkena dampak lebih lanjut yaitu cyberbullying.
Dikutip
dari situs unicef.org cyberbullying (perundungan dunia maya)
ialah bullying/perundungan dengan menggunakan teknologi digital.
Hal ini dapat terjadi di media sosial, platform chatting, platform
bermain game, dan ponsel. Adapun menurut Think Before Text,
cyberbullying adalah perilaku agresif dan bertujuan yang dilakukan suatu
kelompok atau individu, menggunakan media elektronik, secara berulang-ulang
dari waktu ke waktu, terhadap seseorang yang dianggap tidak mudah melakukan
perlawanan atas tindakan tersebut. Jadi, cyberbullying merupakan
perilaku berulang yang ditujukan untuk menakuti, membuat marah, atau
mempermalukan mereka yang menjadi sasaran.
Remaja
yang mengalami kecanduan media sosial akan mengalami kecemasan apabila tidak
bermedia sosial. Dirinya akan merasa gelisah dan merasakan ada sesuatu yang
kurang dalam pikirinnya. Kecemasan ini meningkat saat remaja mengalami cyberbullying.
Hal ini biasanya dimulai ketika mereka mendapatkan pesan-pesan ancaman dari
seseorang yang dikenal atau tidak dikenal. Dari sisi pelaku bullying, luasnya
media sosial tentunya memudahkan seseorang untuk mengirim hal-hal yang mereka
inginkan yang berupa ancaman kepada orang lain. Remaja menjadi korban akan
mengalami kecemasan berkelanjutan jika tidak mampu mengontrol mental mereka.
Dampak
lanjutan dari kecanduan dan kecemasan yang diakibatkan oleh media sosial adalah
depresi. Menurut penelitian, penggunaan media sosial inilah yang sangat
berpengaruh terhadap kesehatan mental remaja. Dampak yang paling menonjol
adalah depresi yang disebabkan oleh cyberbullying. Remaja yang mengalami
perundungan cenderung mengalami tekanan mental yang berujung pada depresi
sehingga dapat melakukan hal-hal negatif. Dampak paling parah dari depresi yang
diakibatkan perundungan di media sosial adalah tindakan bunuh diri yang
dilakukan oleh remaja. Yurika dikutip dari laman brin.go.id, menyebutkan kasus
bunuh diri terjadi karena tekanan akademis, sosial, harapan-harapan tinggi
untuk lebih berprestasi dan berkompeten di bidang akademi, perubahan hormon,
emosi, permasalahan keluarga, makin banyak bullying, cyber
bullying, pengaruh media informasi bebas, masalah identitas diri, dan
kurangnya akses sumber dukungan kepada para remaja.
Tips
dan Trik Menjaga Kesehatan Mental Remaja
Keasyikan dunia maya telah menghipnotis penggunanya
khusunya remaja untuk terus menerus berselancar dalam dunia maya. Keasyikan
kemudian bertransformasi menjadi candu yang menyebabkan para remaja lupa akan
dirinya dan lingkungan sosial. Masalah semacam ini menjadi gejala bahwa si pengguna
mengalami penurunan kesehatan mental karena tidak dapat mengontrol diri. Dampak
bersarnya sebagaimana telah disebutkan di atas saat ini bukanlah sesuatu yang
baru lagi tetapi telah menjadi momok menakutkan. Maka dari itu, perlu penanganan
yang serius juga dalam mengatasi masalah kesehatan mental remaja akibat
keasyikan bermedia sosial.
Sejatinya dalam penangan penurunan kesehatan mental
remaja akibat pengaruh media sosial dapat melibatkan tiga elemen penting dalam
kehidupan di lingkungan, yaitu diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Ketiga
elemen tersebut yang menurut Rosmalina dan (Rosmalina & Khaerunnisa, 2021) disebut factor internal dan eksternal. Factor
internal merupakan factor yang berasal dari dalam diri sendiri seperti sifat,
bakat, hereditas, dan lain sebagainya. Sementara itu, factor eksternal
merupakan factor yang memengaruhi remaja dari luar seperti keluarga dan
lingkungan.
Secara individu, remaja dapat menjaga kesehatan
mentalnya dengan beragam cara. Keberhasilan beberapa cara tersebut diperlukan
kekonsistenan diri untuk melawan keinginan berlebihan mengakses dunia maya. Para
remaja yang berjuang untuk memerangi keinginan berlebih dalam berselancar di
dunia maya dapat mengikuti tips dan trik yang diutarakan oleh (Rosmalina & Khaerunnisa, 2021) ini.
Pertama, hal yang harus dilakuakn untuk menjaga kesehatan
mental remaja adalah membatasi penggunaan media sosial. Hal ini digunakan agar
remaja bisa mebagi waktu. Selain itu juga, cara ini dapat mengurangi dampak
kecanduan yang berlebihan pada remaja. Cara yang digunakan untuk membatasi
penggunaan media sosial adalah dengan alarm pengingat yang berbunyi saat batas
waktu penggunaan media sosial. Kedua, media sosial dapat digunakan untuk
mencari informasi seputar pengetahuan yang berhubungan dengan diri dan sekolah.
Artinya, media sosial berfungsi sebagai sumber pengetahuan. Selanjutanya,
carilah kesibukan lain untuk mengatasi kecanduan yang disebabkan oleh media
sosial seperti menonton televise, membaca koran, berkumpul bersama keluarga dan
tetangga dan lain sebagainya..
Ketiga, Melakukan hal positif selain mengakses internet
dapat membantu mengurangi kecanduan penggunaan media sosial. Para remaja dapat
melakukan aktivitas di dalam rumah atau luar rumah. Di dalam rumah, remaja
dapat membantu pekerjaan orang tua, mengerjakan tugas, dan mengasah
keterampilan membaca dan menulis. Di luar rumah, para remaja dapat berolahraga
dan bersosialisasi dengan teman dan tetangga. Keempat, menggunakan media
sosial dengan bijak menjadi factor penting untuk terhindar dari penurunan
kesehatan mental remaja. Biasanya remaja menggunakan media sosial untuk hal-hal
yang menarik perhatian mereka tanpa melihat dampak yang diperoleh. Mulai
sekarang mulailah menggunakanakan medua sosial dengan bijak. Kelima, hal
terakhir yang dapat dilakukan adalah menghapus media sosial dari perangkat
untuk menghindari dampak kesehatan mental yang lebih serius.
Factor internal remaja memberikan dukungan penting
agar remaja tidak mengalami penuruan kesehatan mental saat bermedia sosial.
Keinginan kuat dari individu remaja untuk terlepas dari jerat media sosial yang
berdampak pada kesehatan mental harus didukung factor eksternal yaitu
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pengaruh keluarga terhadap
kesehatan mental merupakan hal yang sangat penting. Dukungan dan dorongan penuh
dari keluarga membuat semangat dari remaja tumbuh. Hal inilah yang membuat
mereka sedikit demi sedikit melupakan dunia maya khususnya media sosial. Selain
dukungan, interaksi satu sama lain juga membuat masalah yang terjadi pada
kesehatan mental remaja sedikit demi sedikit juga terobati.
Selain keluarga, lingkungan sekolah juga dapat
mengobati kesehatan mental remaja. Kesibukan yang terjadi di lingkungan sekolah
membuat perhatian remaja terhadap dunia maya menjadi teralihkan. Mereka akan memikirkan
hal-hal yang terjadi di sekolah tanpa memikirkan masalah yang terjadi di media
sosial. Begitu juga dengan lingkungan masyarakat. Lingkungan memberikan peran
penting dalam menjaga kesehatan mental remaja dari pengaruh media sosial.
Dengan mengikuti kegiatan yang terjadi di masyarakat, mereka sibuk pada
organisasinya tanpa memiliki kesempatan untuk bergabung dengan kesibukan
di media sosial. Dengan begitu, remaja
akan berada dalam lingkungan yang positif dan tidak mendapatkan ancaman-ancaman
dari media sosial seperti cyberbullying.
Kemajuan teknologi khususnya media sosial seperti tiktok, instagram, facebook, dan youtube tidak dapat ditolak. Produk teknologi tersebut memang harus juga dikenalkan kepada remaja khususnya dalam penggunaan secara bijak. Kecanduan, kecemasan dan depresi bahkan bunuh diri merupakan dampak serius yang salah satunya disebabkan oleh media sosial tanpa kesadaran dan rasa bijak. Maka dari itu perhatian diri sindiri, keluarga, teman, sekolah, dan masyarakat menjadi penting untuk membimbing remaja berada dalam koridor yang tepat dalam penggunaan media sosial sehingga kesehatan mental tetap terjaga.
Penulis : Nur Azizah Asura Baihaqi (XII-C)
Tags :
Lutfi
MEDIA SMAS PLUS MIFTAHUL ULUM
Ditunggu ide-idenya pada kolom komentar sebagai ikhtiar bersama meningkatkan kualitas pendidikan
- Lutfi
- Jl. Pesantren No. 11 Tarate Pandian Sumenep
- smaplusmu@gmail.com
- 085233233188

Posting Komentar