Selasa, 25 Agustus 2020

 4 Hal ini Dapat Membangun Kebersamaan dan Kekompakan dalam Lingkungan Sekolah

4 Hal ini Dapat Membangun Kebersamaan dan Kekompakan dalam Lingkungan Sekolah


Rujakan hadirkan kebersamaan dan kekompakan | Sumber: yatimmandirijombang.wordpress.com



Siapa sih yang tidak menginginkan tempat kerja yang penuh kehangatan, keakraban, kebersamaan dan kekompakan antarindividunya? Pasti jawabnnya ingin sekali, apalagi jika bekerjanya di lingkungan sekolah yang selalu berurusan dengan orang banyak, yaitu siswa yang mana dituntut menjadi teladan bagi siswa-siswinya. 


Untuk membangun hal-hal semacam itu, penulis akan memberikan ulasan terkait kegiatan apa saja yang dapat memantik kebersamaan dan kekompakan dalam lingkungan kerja. Hal-hal yang dipaparkan berikut ini berdasarkan pengalaman penulis dan di lingkungan kerja penulis yaitu sekolah. Tips-tips lain pasti banyak dan setiap lingkungan kerja memiliki karakter sendiri. Namun, tak ada salahnya manakala tips berikut sebagai tambahan referensi saja. 


Rujakan bareng

Pernahkan Anda merasakan pedas bersama dan kemudian mengucap syukur bersama? Nah, kalau belum kegiatan ini perlu dicoba di lingkungan kerja Anda! Yups, rujakan adalah jurus jitu yang dapat membangun kebersamaan dan kekompakan dalam lingkungan kerja, terlebih di sekolah. 


Di sekolah, kegiatan ini dapat dilakukan bersama rekan guru sebagaimana di tempat kerja penulis. Kegiatan ini biasanya diprakarsai oleh ibu-ibu dengan urunan, ada yang membawa buah, cabe, kerupuk, keripik, atau petis. Untuk memulai, ibu-ibu biasanya membuat daftar di group whatsapp siapa saja yang akan membawa bahan-bahan untuk rujakan. Esok harinya, tinggal dieksekusi. 


Apa hikmah dari rujakan bareng itu? Tentu banyak. Sama halnya dengan rujaknya yang terdiri dari beberapa komposisi seperti sambal, buah, kerupuk dan keripik, rujakan rupanya dapat memadukan rekan-rekan guru. Bahkan, tidak hanya ibu-ibu saja, tetapi bapak-bapak juga turut nimbrung manakala rujakan telah dimulai. Hasilnya, ternyata rujakan dapat memberikan stimulus kebersamaan. 


Sensasi pedas saat rujakan menimbulkan efek goyang lidah dan bibir yang tidak karuan,  tapi nikmat dan seru karena bersama-sama. Rujak dengan sensasinya telah mengajarkan bahwa dalam satu lingkungan kerja, kita adalah saudara. Pedasnya sambal, kecutnya mangga, dan renyahnya kerupuk serta keripik berpadu menghasilkan suatu hal yang membuat penikmatnya bersyukur.


Olahraga bareng

Masih ingat dengan pepatah "Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat"? Pepatah ini mengindikasikan bahwa betapa pentingnya menjaga kesehatan tubuh. Salah satu cara untuk menjaga kesehatan tubuh adalah dengan berolahraga. Berolahraga juga dapat membantu menjaga daya tahan tubuh kita dari berbagai macam penyakit. Asalkan, olahraga yang dilakukan tidaklah berlebihan. 


Meskipun belum tentu dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, olahraga sangat banyak manfaatnya. Olahraga dapat dilakukan sendiri atau secara bersama-sama. Olahraga sendiri tentu memiliki perbedaan dengan olahraga bersama. Ibarat pribahasa menyelam sambil minum air, olahraga bersama dengan rekan kerja di sekolah selain dapat menambah kesehatan, dapat pula menambah kedekatan antarteman. 


Olahraga yang dilakukan bersama dapat menumbuhkan kekompakan, sebab dari mulai awal perencanaan kegiatan telah dijadwalkan bersama dan dipilih bersama perihal olahraga yang digemari. Olahraga yang dapat dilakukan bersama-sama dapat dikategorikan menjadi olahraga mandiri dan kelompok. Olahraga mandiri semisal lari dan sepedaan yang lagi banyak dininati saat ini. Olahraga kelompok semisal badminton dan futsal.


Lomba antarteman

Mari sejenak mengenang kembali masa kecil dulu ketika sering mengikuti lomba agustusan. Apa yang Anda pikirkan dengan masa tersebut? Pasti keseruannya. Ya, seru dan penuh suka cita saat mengikuti lomba tersebut. Bertanding melawan orang lain yang dikenal maupun tak dikenal, menang atau kalahkalah tetap saja meriah dan gembira. Syukurnya, malah menambah keakraban dengan orang lain dan mendapatkan teman baru. 


Bisakah guru-guru, tenaga kependidikan dan pegawai lainnya di sekolah begitu kembali? Tentu bisa. Di sekolah, agenda semacam itu dapat dilaksanakan pada satu kegiatan tengah semester, agustusan, dan setelah ujian semester digelar. Pelaksanaan kegiatan lomba antarguru dapat bersamaan dengan lomba antarsiwa. 


Lantas lomba apa saja yang dapat dimainkan oleh guru? Jawabannya, lomba yang ringan namun menghibur semisal lomba balap bakiak, makan kerupuk, tarik tambang, dan lain sebagainya. Dengan lomba semacam itu, selain untuk hiburan, penulis meyakini akan memunculkan kehangatan dalam lingkungan kerja. 


Silaturahmi

Jurus yang satu ini sudah tidak diragukan lagi manfaatnya. Keterangan-keterangan mengenai manfaat silaturrahmi telah banyak diungkap. Misalnya, silaturrahmi dapat memanjangkan umur dan menambah rezeki sering kali kita dengar. Silaturahmi dapat menambah kerukunan dan keharmonisan hubungan dengan keluarga, teman, dan masyakarat secara luas tidaklah diragukan lagi. 


Efek lain dari silaturahmi secara psikologis, yaitu dapat memunculkan perasaan bahagia, baik yang berkunjung maupun yang dikunjungi. Bagi mereka, terutama yang dikunjungi akan merasakan nilai-nilai kepedulian, kebersamaan, dan kekompakan dalam lingkungan kerja, terutama di sekolah. Dari nilai-nilai yang terdapat dalam silaturrahmi itulah secara tidak langsung telah memberikan motivasi dan gairah kerja bagi yang dikunjungi. 


Individu yang akrab dan kompak akan berdampak pada motivasi, cara kerja, dan target yang ingin dicapai. Hal-hal di atas barangkali bermanfaat untuk dijadikan pertimbangan dalam memilih aktivitas yang mampu mengakrabkan seluruh komponen di lingkungan kerja, khususnya sekolah. 

Salam 

Jumat, 14 Agustus 2020

Seputar Alasan Mengapa Tulisan Tak Kunjung Selesai dan Terkesan Susah

Seputar Alasan Mengapa Tulisan Tak Kunjung Selesai dan Terkesan Susah

  

Ilustrasi menulis di buku catatan (Sumber: shutterstock via kompas.com) 


"Anak-anak adakah di sini yang suka membaca novel?" Tanya Bu Guru Rani kepada siswa. 

"Banyak Bu. " Jawab siswa serentak sambil mengacungkan tangan. Hanya ada sebagian siswa yang tangannya tetap dibawah dan barangkali memang tidak suka membaca. 

"Baiklah, luar biasa. Novel apa yang dibaca?" Bu Rani mulai menelisik kegemaran siswa. 

"Yang romantis-romantis Bu. " Kelas kembali riuh. 

"Seru kan ceritanya?" 

"Iya Bu!" Dengan kompak. 

"Terus, ada yang ingin menulis seperti itu? Ada yang suka menulis?" Akhirnya Bu Rani mulai bertanya tentang tujuan pembelajarannya. 

Pada bagian pertanyaan ini siswa mulai kicep. Hanya sebagian siswa yang berani mengacungkan tangan dan menjawab. 

"Ada yang bisa menulis?" 


Pertanyaan Guru Rani yang bagian tersebut justru membuat siswa tidak mengacung dan malah membuat siswa bertanya dan mengeluh. Ada yang bilang kalau menulis itu susah dan lebih mudah berbicara. Ada pula yang mengatakan kalau lebih senang membaca ketimbang menulisnya. 


Ilustrasi seperti di atas acapkali kita temukan. Bahkan, bukan hanya untuk kalangan siswa. Di kalangan mahasiswa dan masyarakat luas pun begitu. Rasa-rasanya menulis memang memunculkan permasalahan serius dan menjadi tantangan yang perlu keberanian untuk menerabasnya. 


Menulis yang sifatnya aktif produktif sama halnya dengan keterampilan berbicara dalam bahasa. Dalam berbicara, perasaan minder atau tidak percaya diri dalam menyampaikan sesuatu melalui lisan membuat si pembicara gugup dan kadang gagap ketika tampil. 


Begitu pula dengan menulis, perasaan takut salah dan tulisan jelek membuat seseorang enggan untuk memperlihatkan tulisannya. Paling apesnya, rasa tidak percaya diri ini malah memundurkan hajat seseorang untuk menjadi penulis. Alasan lain yang menyebabkan tulisan tidak kunjung selesai dan terkesan susah dapat disimak berikut ini. 


Dihantui rasa malas

Rasa malas tidak hanya menjangkitii keinginan seseorang dalam menulis. Kegiatan apa saja dapat menjadi terbengkalai karena penyakit yang satu ini. Terlebih dalam kegiatan yang berhubungan dengan kebaikan. Jangankan menulis, dalam ritual-ritual keagamaan semisal shalat dan puasa saja sering kali harus berjibaku melawan rasa malas ini. 


Dalam kegiatan menulis, rasa malas menjadi momok yang dapat mengurungkan keinginan menulis. Rasa malas ini dapat hadir dalam setiap waktu, sebelum menulis, saat menulis dan akhir menulis. Saat di awal menulis yang identik dengan tahap persiapan, rasa malas menghampiri saat pengumpulan referensi dan membacanya. 


Kita tahu bahwa salah satu resep untuk menulis adalah membaca. Membaca dapat menjadi modal pertama seseorang untuk menulis. Dengan membaca, setidaknya berbagai kosa kata telah dikuasai, cara-cara penulisan sedikit banyak diketahui. Namun, berbeda jika rasa malas menghantui, kita tidak akan memeroleh apa-apa. 


Tidak berhenti pada tahap awal, rasa malas justru dapat hadir saat proses menulis itu berlangsung. Di tengah proses menulis kadang kita malah merasa tiba-tiba malas untuk melanjutkan tulisan atau kerap juga memilih menunda dan melanjutkan di lain waktu padahal tulisan itu dapat diselesaikan waktu itu juga. 


Di akhir pun juga begitu, kerap kali malas untuk mempublikasikan tulisan tersebut sehingga memilihnya untuk disimpan dan didiamkan begitu saja. Tulisan yang layak untuk dibaca oleh khalayak ramai kemudian menjadi konsumsi pribadi. 


Pandangan yang keliru

Mari alihkan sejenak pandangan kita kepada anak kecil yang sedang belajar berjalan atau anak kecil yang sedang belajar naik sepeda. Kita dapat mengambil pesan dari semangatnya belajar, semangat mencoba meski mereka beberapa kali jatuh dan bersimpuh. Mereka kadang tidak peduli kalau lututnya harus lecet dan lebam. Pada intinya mereka akan bisa berjalan dan naik sepeda. 


Anak-anak yang belajar berjalan atau naik sepeda tidak berpandangan bahwasannya berjalan itu susah dan bersepeda itu rumit. Mereka tidak peduli kalau harus jatuh berkali-kali dan menyurutkan niat mereka agar bisa berjalan dan bersepeda. Hingga pada akhirnya mereka pun bisa dan orang tuanya turut bangga. 


Anak-anak kecil tersebut yang tidak memandang sulitnya belajar berjalan dan naik sepeda setali tiga uang dengan kegiatan menulis. Menulis amatlah mudah jika ada kemauan dan percobaan yang rutin. Pandangan tentang susahnya menulis hanya bagi orang yang enggan untuk mencobanya dan bersabar dalam mempraktikannya. 


Pandangan tentang menulis itu susah merupakan pandangan yang keliru. Secara sederhana, kita telah mengetahui jumlah huruf alfabet dalam bahasa Indonesia sebanyak 26 dengan 5 huruf vokal dan 21 huruf konsonan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita telah menggunakan huruf-huruf tersebut ketika berbahasa baik dalam bahasa tulis maupun lisan. Kita dapat membayangkan betapa mudahnya bukan bermain-main dengan huruf sebagaimana dalam kehidupan sehari-hari? 


Sebatas impian

Pernah rasanya ketika mengikuti seminar dan penyajinya adalah penulis-penulis buku best seller macam Asma Nadia dan Tere Liye tiba-tiba muncul perasaan tergugah untuk menulis. Perasaan tersebut menggebu-gebu dan rasanya ingin segera dihadapan komputer atau laptop. Namun, setelah acara seminar selesai, malah perasaan tersebut selesai pula. 


Pernah juga merasa tergugah ketika membaca novel romantis seperti Dilan, lly From 3800 FT,  Dear Nathan dan novel romantis lainnya. Novel-novel tersebut seperti memberi pengaruh positif untuk menuliskan guratan kisah pembaca di atas lembaran. Akan tetapi, setelah selesai membaca, pembaca tak kunjung menuliskannya. 


Apa yang terjadi? Mengapa cita-cita ingin menuliskan kisah hidup tidak terealisasi? Jawabannya barangkali apa yang diinginkan hanya sebatas impian. Dalam artian, keinginan yang menggebu tidak diikuti dengan tindakan nyata. Sebab, kita tahu bahwasannya menulis yang sifatnya aktif produktif tidak akan selesai jika hanya sebatas mimpi yang ada di angan-angan. 


Menulis memang tidak semudah membalikkan telapak tangan dan tidak seinstan memasak mie instan. Latihan menjadi modal penting bagi siapa saja yang ingin menulis atau bahkan menjadi penulis. Menulis akan terasa susah dan tak kunjung selesai manakala hanya sebatas impian. 


Tidak istiqomah

Jika memiliki pandangan bahwa penulis hebat itu hanya sekali mencoba dan langsung jadi kemudian terkenal, maka pandangan ini perlu kita ubah sedikit. Ada banyak penulis terkenal yang tak sedikit ditempa cobaan, penolakan penerbitan hasil tulisan, bahkan ada yang harus rela mengeluarkan modal besar untuk menerbitkan karyanya sendiri. Namun, mereka tetap berusaha keras berusaha agar tulisannya enak dibaca dan layak terbit. 


Apa hikmah dari semua itu? Hikmah yang dapat kita ambil adalah bagaimana mereka terus mencoba dan tidak menyerah. Mereka tetap istiqomah atau teguh pendirian bahwa karya mereka layak untuk dibaca khalayak ramai. Di samping itu mereka tetap mengasah kemampuan mereka dengan tetap menulis. Ibarat kata, pisau semakin diasah makan semakin tajam. Begitu pula mereka, kemampuan menulis yang terus diasah berujung pada hasil karya yang hebat dan terkenal. 


Bagi yang ingin belajar menulis, kadang hal yang seperti ini terlewati untuk diamati. Tidak istiqomahnya keinginan yang dibarengi dengan tidak istiqomahnya tindakan atau praktik menulis yang berkelanjutan malah akan menimbulkan mundurnya kemampuan. Terlebih lagi bagi orang yang menulisnya musimam, akan menyebabkan tidak terasahnya kemahiran menulis. 


Gagal fokus

Istiqomah tidak melulu pada tindakan terus-menurus menulis secara rutin. Akan tetapi, istiqomah perlu diterapkan pada pembahasan satu topik dalam menulis. Artinya, penulis harus fokus terhadap satu ide tulisan yang harus diselesaikan.


Misalnya, ketika sedang asyik menulis perihal lingkungan hidup kemudian muncul lagi ide tentang pendidikan. Dari munculnya ide baru ini kemudian si penulis beralih ke topi satunya. Nah, peralihan dari satu ide ke ide lainnya inilah yang disebut dengan penulis yang gagal fokus. 


Gagal fokus yang tidak diatasi akan menyebabkan tulisan sebelumnya tidak terselesaikan. Jika berkelanjutan, maka bertumpuklah tulisan-tulisan yang tidak selesai. Oleh karena itu, penulis harus bersabar dan mampu mengendalikan hasrat untuk menulis ide lain. 


Berkonsentrasi atau berfokus pada satu ide tulisan akan membantu si penulis untuk segera menyelesaikan tulisannya. Cara lain yang dapat dilakukan penulis untuk mengatasi hal ini adalah dengan mencatat pokok-pokok ide baru yang muncul dalam catatan yang berbeda. Ide baru tersebut kemudian dapat dilanjutkan setelah tulisan sebelumnya selesai. 


Sebagai kesimpulan dan motivasi, apa yang kita inginkan dalam menulis pasti akan terwujud manakala ada niat, usaha dan keberanian melawan hambatan dalam menulis. Kelima alasan tulisan tidak selesai dan terkesan susah yang telah disebutkan di atas merupakan hambatan secara umum. Setiap orang tentu memiliki pengalaman yang berbeda. Oleh karena mari sambung dalam komentar. 

Salam 


Rabu, 12 Agustus 2020

Pendidikan Orang-Orang Pinggiran Saat Pandemi Covid-19

Pendidikan adalah gerbang menuju kesuksesan. Itulah ungkapan yang pernah kita dengar dari seseorang atau kita baca di sebuah tulisan. Pernyataan motivasi tersebut mengindikasikan betapa pentingnya pendidikan sehingga untuk mendapatkan kesuksesan harus membuka pintu pendidikan dan memasukinya. 

Pendidikan seperti oase atau telaga di tengah padang tandus yang menyimpan harapan bagi kehidupan sekitarnya. Pendidikan seperti kereta api yang memiliki banyak gerbong kemudian gerbong-gerbong tersebut berisi orang-orang yang berharap sampai ke tujuan dengan selamat. Selanjutnya sukaria dari penumpang ketika telah tiba di tujuan. 

Pentingnya pendidikan yang disertai kemajuan dan perkembangan zaman turut menggeser pandangan orang tua terhadap putra-putrinya. Jika dulu orang tua banyak memilih untuk menikahkan anaknya secara dini atau paling tidak lebih memilih bekerja daripada sekolah, saat ini orang tua justru banyak mendukung anaknya untuk sekolah sampai pergguruan tinggi. 

Sekolah yang ada saat ini telah menjadi ikon suatu lembaga pendidikan. Perubahan demi perubahan pada sekolah terus berlanjut hingga kini. Bisa kita bayangkan, sekolah yang dulu hanya sebatas mengisi waktu luang dengan belajar, sekarang malah menjadi lembaga yang para siswa untuk belajar. Sekolah pula dapat mengeluarkan ijazah sebagai tanda anak pernah sekolah dan dinyatakan lulus. Bermodal ijazah itu pula anak dapat menentukan masa depannya untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi atau bekerja. 

Seiring berjalannya waktu, sekolah terus berkembang. Bangunan-bangunan tegak berdiri dan didukung dengan segala fasilitas yang ada. Teknologi pun turut menjadikan sekolah semakin mantap sebagai lembaga yang dapat menyokong kesuksesan anak. Akhirnya, sumber belajar pun saat ini tidak hanya guru atau buku, tetapi internet dengan segala kecanggihannya menjadi sumber belajar berikutnya yang digemari.

Ragam kemajuan pendidikan di negara kita saat ini semakin tampak manakala covid-19 atau korona menyerang dan memakan korban. Kegiatan sekolah dapat dilakukan di rumah dengan memanfaatkan media pembelajaran seperti whatsapp, zoom, youtube, facebok dan lain sebagainya. Dengan begitu, kegiatan belajar mengajar tetap berjalan meski tak sebagaimana mestinya. 

Selanjutnya membayangkan kemajuan pendidikan dengan sekolah yang telah mentereng dan fasilitas luar biasa memang begitu indah. Namun siapa sangka, seperti yang telah disebutkan tadi bahwa pendidikan seperti oase atau telaga di gurun pasir, nyatanya tidak semua orang dapat menikmati kesegaran airnya. 

Faktor-faktor seperti ekonomi, fasilitas, wilayah menjadi kendala dikecapnya tetes kemajuan itu. Berdasarkan faktor-faktor tersebut itulah penulis menulis sekolahnya orang pinggiran. Orang pinggiran tidak hanya dibatasi oleh wilayah saja, akan tetapi dari segi ekonomi pula menjadi tersisih untuk sekolah dan memperoleh pendidikan. 

Bahkan ekonomi menjadi masalah utama bagi orang-orang pinggiran yang membuatnya tidak bisa turut andil dalam menyelami sumber air yang bernama pelajaran ataupun kalau ada masih perlu usaha ekstra menggapainya. Bisa dilihat saat ini, ketika pandemi covid-19 tidak semua orang dapat mengikuti pelajaran yang diadakan dengan cara daring. Alasan-alasanya adalah ketiadaan perangkat seperti gawai, paketan data dan jaringan. Tidak sedikit anak-anak yang harus menumpang perangkat gawai kepada orang lain untuk belajar atau satu gawai untuk semua dalam keluarga. 

Selanjutnya, pertimbangan membeli paketan data menjadi urutan ke sekian setelah kebutuhan pokok terpenuhi. Jika pun ada paket tentu haruslah hemat untuk kebutuhan yang lain dan tidak melulu urusan sekolah. Bagi orang yang berkecukupan tentu paket bukanlah apa-apa untuk tetap bisa belajar. 

Dari segi letak wilayah, kita tidak bisa menutup mata bahwasannya pendidikan di Indonesia tidak semulus jalan tol di kota-kota besar. Daerah-daerah pinggiran masih kurang terfasilitasi dengan maksimal. Hal itu dapat kita lihat dari berbagai media seperti televisi, koran, dan lainnya. 

Dapat dilihat bahwasannya tidak semua daerah dapat menangkap sinyal ponsel. Bahkan yang lebih miris lagi ada daerah yang belum menerima pasokan listrik. Hingga akhirnya, apa yang dipandang sebagai kemajuan jika dipotret dari sudut pandang yang telah dijelaskan di atas menjadi anomali pendidikan yang sebenarnya di negara ini. 

Orang-orang pinggiran dengan keadaan yang serba kekurangan menjadi potret tersendiri atas ketidakmerataan pendidikan. Terlebih lagi saat pandemi covid-19 menyerang negara ini. Potret lain dari pendidikan orang-orang pinggiran, terutama saat pandemi covid-19 dapat dilihat dalam lingkungan keluarga. 

Kita bisa membayangkan bahwa tidak semua orang tua dapat memahami tugas sekolah siswa selama belajar dari rumah. Bahkan, terdapat sebagian orang tua yang masih buta huruf. Oleh karena itu, menjadi maklum manakala orang tua memasrahkan anaknya secara penuh ke sekolah. Sekolah menjadi sumber pendidikan utama untuk masa depan anaknya. 

Kita dapat melihat adanya kelas-kelas pendidikan di negara kita ini. Kelas berdasarkan wilayah seperti kota, desa, pelosok, terluar, dan tertinggal. Ada pula berdasarkan ekonomi seperti orang kaya, miskin, dan konglomerat. Berdasarkan pekerjaan pun dapat disebutkan seperti anak petani, buruh, pegawai dan pengusaha. Pengkotakan semacam itu pada akhirnya menunjukkan sekolahnya orang kaya, orang miskin, pengusaha dan beragam pandangan lainnya. 

Dari semua itu, pemerataan pendidikan menjadi suatu keharusan dari pusat sampai daerah agar setiap generasi masa depan bangsa memiliki masa depan yang cerah guna membangun Indonesia yang lebih maju. Fasilitas pendidikan termasuk juga infrastruktur harus menjadi tujuan utama pembangunan agar lebih nyaman dalam proses peningkatan mutu pendidikan di negara ini. 

Terakhir adalah adanya covid-19 menjadi bahan refleksi dan keterbukaan pandangan kita terhadap pendidikan orang-orang pinggiran. Kita juga dapat melihat ketimpangan pendidikan kita selama ini yang katanya semakin hari kian maju, namun kemajuan itu belum dirasakan oleh seluruh wilayah. 

Bagi orang-orang pinggiran, kembali dibukanya sekolah secara perlahan dan bertahap sesuai dengan protokol kesehatan menjadi angin segar yang berembus dari dataran tinggi dan membawa kesejukan. Kesungguhan dan kedisiplinan dalam melawan covid-19 menjadi solusi normalnya berbagai sektor terutama pendidikan.

Artikel ini juga tayang di Kompasiana.com sebagai artikel utama dan bangtongar.com

Rabu, 06 Mei 2020

Agar Tak Ambyar, OSIS SMA Plus Miftahul Ulum Lakukan Kegiatan Ini Saat Ramadan!

Agar Tak Ambyar, OSIS SMA Plus Miftahul Ulum Lakukan Kegiatan Ini Saat Ramadan!

Sumber: Tribunnews.com

Halo sobat ambyar! Segala-galanya ambyar kan gegara pandemi covid-19? Kata ambyar akhir-akhir ini begitu trending menghiasi pembicaraan. Kata itu pula sering disebutkan dalam berbagai media, khusunya media online. Akibatnya, kami pun ikutan, entah karena latah atau karena trend.

Oh iya guys, covid-19 membuat ambyar berbagai sektor di bumi pertiwi ini, tidak terkecuali sektor pendidikan. Di sektor pendidikan, covid-19  berdampak pada beberapa kegiatan, seperti kegiatan pembelajaran dilakukan secara daring, ujian nasional ditiadakan secara prematur, dan pelulusan siswa tanpa resepsi. Antara senang dan sedih, bingung deh!

Dalam lingkup organisasi lebih kecil di sekolah nih, covid-19 telah mengambyarkan rencana kegiatan kami, tepatnya OSIS SMA Plus Miftahul Ulum yang telah di susun jauh-jauh hari sebelum ramadan. Misalnya, kegiatan safari ramadan, bagi-bagi takjil dan buka puasa bersama yang biasa diadakan setiap tahun, kini di tahun cantik  2020 ini tidak dilaksanakan. Ambyar tenan guys!

Tak ingin kehilangan momentum saat bulan Ramadan membuat kami memutar otak. Kami bersikeras agar tidak ambyar seambyar-ambyarnya tanpa kegiatan. Kami berprinsip meskipun covid-19 melanda, kreativitas kami tak dapat didera. Akhirnya, otak yang kami putar membuahkan hasil guys, hehe. Beberapa kegiatan pengganti kami susun sampai akhir bulan Ramadan.

Sebelum dijelaskan apa saja kegiatannya, kami jelaskan dulu manfaatnya guys. Kegiatan ini kami susun dengan upaya tetap menjaga tali silaturahmi. Lepas dari itu kegiatan ini dapat meningkatkan karakter religius kita jika dikerjakan dan dipahami dengan sungguh-sungguh. Ingat ya, sungguh-sungguh!

Kelebihannya dari kegiatan ini, kita dapat mendulang pahala yang melimpah. Apalagi di bulan yang penuh berkah ini. Lainnya, kegiatan ini dapat dilakukan lintas daerah guys bersama saudara atau teman karena menggunakan handphone. Nah, biar tidak terlalu lama, yuk simak kegiatan yang kami laksanakan!

Berbagi hikmah ramadan

Ramadan kali ini berbeda dengan ramadan tahun sebelumnya. Ramadan sebelumnya kita dapat mendengarkan ceramah secara langsung di masjid saat tarawih dan setelah subuh. Saat ini kita hanya bisa mendengarkan ceramah melalui video karena diberlakukannya physical distancing. 

Karena keterbatasan pertemuan secara fisik, kami mengakalinya dengan memanfaatkan handphone yang kami punya. Kegiatan kami adalah berbagi hikmah Ramadan dalam bentuk tulisan dan video. Kami bekerja sama dengan pengelola sekolah untuk berbagi tulisan dan video.

Waktu berbagi hikmah ramadan dapat dilakukan di waktu sore di grup Osis. Kami dapat membaca tulisan atau menonton video sambil menunggu waktu berbuka tiba. Setelah selesai menyimak, dilanjutkan dengan diskusi via WhatsApp. Di akhir kegiatan, kami dapat mencatat poin-poin hikmah ramadan tersebut.

Khotmil Quran bersama

Handphone yang kita miliki juga dapat dimanfaatkan sebagai media untuk tadarus selama ramadan. Dengan group yang telah dibentuk sebelumnya, pengelola sekolah membuat daftar yang akan ikut tadarus dengan judul "Khotmil Quran Osis ...". Berikutnya pengelola memandu kami untuk menuliskan nama-nama kami ke dalam daftar sesuai dengan nomor urut dan juz dalam Alquran yang akan dibaca. Kami diberikan kebebasan mau mengaji juz berapa saja.
Sumber: Hasil tangkapan layar grup Khotmil Quran OSIS SMA Plus Miftahul Ulum

Dalam kegiatan khotmil Quran ini pengelola memberikan ketentuan selama tiga hari untuk mengaji satu juz. Jadi, selama tiga hari telah merampungkan tiga puluh juz dalam Alquran. Bisa dihitung dalam satu bulan, kami bersama dengan pengelola telah khatam Alquran sebanyak sepuluh kali.

Doa bersama setelah khatam

Rasa-rasanya kurang afdal kalau mengkhatamkan Alquran tanpa diakhiri dengan doa khotmil Quran. Doa adalah pengharapan kami kepada Allah Swt. agar lembaga kami semakin maju dan berkembang dalam pendidikan. Menjadi lembaga pendidikan yang melahirkan generasi penerus bangsa yang berilmu, beriman dan bertakwa.

Doa juga adalah pengharapan kami agar Allah Swt. senantiasa membimbing kami selalu berada di jalan-Nya. Oleh karenanya, setiap kami khatam, kami mengadakan doa bersama. Doa itu dipimpin langsung oleh Majelis Keluarga Pondok Pesantren Al-Usymuni secara bergiliran.

Semoga selepas lebaran nanti, kami dapat memotong ayam dan makan bersama sebagai selamatan. Hehehe, bercanda guys!

Sebagai penutup, covid-19 bukanlah penghalang untuk kita berkegiatan, lebih-lebih saat bulan ramadan sekarang ini. Pahala dapat kita raih dengan memanfaatkan apa yang kita miliki meskipun dari rumah. Begitula cerita kami, semoga memberikan manfaat bagi pembaca.

Salam berbagi kebaikan di bulan suci

Salam tim redaksi OSIS SMA Plus Miftahul Ulum

Sabtu, 02 Mei 2020

LAMPIRAN SK KELULUSAN PESERTA DIDIK KELAS XII TAHUN PELAJARAN 2019/2020

LAMPIRAN SK KELULUSAN PESERTA DIDIK KELAS XII TAHUN PELAJARAN 2019/2020



Jumat, 01 Mei 2020

RAPAT PENETAPAN KELULUSAN KELAS XII SMA PLUS MIFTAHUL ULUM TAHUN PELAJARAN 2019/2020

RAPAT PENETAPAN KELULUSAN KELAS XII SMA PLUS MIFTAHUL ULUM TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Kepala Sekokah Ibu Rumzil Azizah, S.Pd.I
Memberikan sambutan
Wakasek Kurikulum Bpk. Nilta Najm
Memimpin Rapat dan meminta laporan kepada masing-masing Wali Kelas XII
Laporan oleh Wali Kelas XII-B Ibu Tutik Herawati S.S
Laporan oleh Wali Kelas XII-E Ibu Halimatussadiya, S.Sy
Waksek Humas Bpk. Hariyanto, S.Psi memberikan saran berkaitan dengan mekanisme pelulusan dan penyerahn Surat Keterangan Lulus kepada siswa kelas XII