Mahkota Untuk Ayah
![]() |
| Ilustrasi (sumber : hadila.co.id) |
“Dor-dor-dor-dor.” Suara jendela yang dipukul dengan kayu telah terdengar, itu tandanya anak-anak harus segera bangun untuk melaksanakan sholat tahajud. “Ayo anak-anak, bangun! Waktunya qiyamul lail!” ucap seorang pengurus pondok. Fatimah pun segera bangun dan membangunkan teman-temannya.
“Teman-teman ayo bangun, waktunya untuk melaksanakan qiyamul lail!”
“Iya-iya, terima kasih sudah membangunkan kami Fatimah,” ucap Fitri.
“Iya, sama-sama,” jawab Fatimah.
Mereka pun segera berwudhu dan langsung menunaikan sholat tahajud. Setelah itu mereka membaca Al-Qur’an sambil menunggu adzan subuh.
“Allahuakbar, Allahuakbar.” Adzan subuh pun mulai terdengar.
Setelah adzan, mereka pun segera melaksanakan sholat subuh berjamaah. Setelah sholat subuh, mereka langsung menuju ruang khusus anak tahfidz. Di sana para santri wati tahfidz menyetor hafalan mereka kepada ustadzah Aisyah.
Tiba-tiba, “Huaay, capek banget ya jadi santri, apalagi ikut tahfidz. Tiap malam menghafal, sepertiga malam qiyamul lail, habis itu sholat subuh, terus habis sholat masih setor hafalan,” ucap salah seorang anak yang bernama Rani.
Ustadzah Aisyah mendengar ucapan Rani dan berkata, “Rani, kita semua ini harus bersabar, jangan pernah mengeluh dan teruslah berusaha. Insyaa Allah nanti akan dapat balasan kebaikan dari Allah. Kan Rani ikut tahfidz atas kemauan Rani sendiri.”
“Nggak sih Ustadzah, Rani ikut tahfidz karena perintah dari Ayah dan Bunda. Sebenarnya Rani enggak pengen ikut tahfidz,” jawab Rani.
Mendengar jawaban Rani, Ustadzah Aisyah pun menghampiri Rani dan mengelus kepalanya.
“Rani, itu berarti kedua orang tua Rani sayang sama Rani.”
Rani yang mendengar ucapan ustadzah Aisyah pun menunduk.
---
Di pagi harinya mereka mulai beraktivitas untuk membersihkan kamar mereka kemudian menyapu halaman.
“Gak kerasa ya, besok udah kiriman,” ucap Fitri.
“Iya, aku gak sabar pengen ketemu umi dan abi,” jawab Fatimah.
Keesokan harinya mereka kembali melakukan aktivitas seperti biasa. Mereka akan dikirim oleh keluarga mereka pada jam 08.00 pagi.
Pada pukul 08.00 orang tua anak-anak sudah datang untuk mengunjungi mereka. Tetapi ayah dan bunda Rani masih belum datang. Rani pun sedih dan berkata,
“Ayah dan bunda kok masih belum datang yah?” katanya dengan nada lemas.
“Tenang aja, mungkin mereka masih beli oleh-oleh buat kamu,” ucap Fitri.
Tak lama kemudian, “Rani, ayah bunda kamu nungguin kamu di pengiriman,” ucap Fitri.
Rani menjawab, “Oh iya, makasih ya, udah kabarin aku.”
---
Sesampainya di pengiriman, Rani langsung menghampiri ayah dan bundanya dengan muka cemberut.
“Assalamu’alaikum,” ucap Rani.
“Wa’alaikumussalam,” jawab ayah dan bunda Rani sambil tersenyum.
“Anak ayah kok cemberut?” tanya ayah Rani.
“Ayah sama bunda lama banget, harusnya kan datang jam 08.00, ini malah udah jam 10.00,” kata Rani dengan nada sedikit kesal.
“Maaf ya, ayah sama bunda ya, tadi ayah sama bunda masih ke rumah sakit,”
“Hah? Ngapain ayah sama bunda ke rumah sakit?” tanya Rani.
“Tadi ayah sama bunda cek kesehatan,” jawab ayah Rani.
Kemudian ayah Rani langsung mengalihkan topik pembicaraan mereka.
Ayah Rani: “Gimana nak, lancar hafalannya?”
Rani: “Rani pengen berhenti ikut tahfidz, Rani capek.”
Ayah Rani: “Rani, kamu tahu gak, Rani harus tetap semangat dalam menghafal Al-Qur’an, emangnya Rani gak mau masuk surga sama ayah dan bunda?”
Rani: “Mau banget ayah, emang apa aja sih ya keuntungannya menghafal Al-Qur’an?”
Ayah Rani: “Rani, Al-Qur’an itu adalah pedoman kita kelak di hari kiamat. Selain itu, jika kita menghafal Al-Qur’an maka nanti kedua orang tuanya akan diberikan mahkota dan juga bisa membawa 10 keluarganya ke surga.”
---
Tak lama kemudian, di saat ayah dan bunda Rani akan pulang, ayah Rani mencium kening Rani sambil berkata,
“Rani harus kuat ya nak, Rani nggak boleh nyerah. Ayah sama bunda sayang banget sama Rani, kalo bukan Rani siapa lagi yang bisa banggain bunda sama ayah dan bisa bawa ayah sama bunda ke syurga. Nanti kalo liburan ayah sama bunda mau bawa Rani jalan-jalan ke luar kota ya." Setelah mengucapkan kata-kata itu ayah dan bunda Rani melepaskan tangannya.
---
Tiga hari kemudian, tante dan paman Rani menjemput Rani ke pondok, Rani bertanya "Tante sama paman kok jemput Rani? Emangnya ada apa?" Tante dan paman Rani tidak menjawab, kemudian tante Rani memeluk Rani dan menangis. Rani pun keheranan.
Sesampainya di rumah Rani, terlihat banyak sekali orang. Rani pun berlari ke dalam rumahnya. Sesampainya di dalam betapa terkejutnya Rani melihat ayahnya berbaring tak bernyawa dan sudah ditutupi kain. Rani berteriak sambil menangis "Ayah, Ayah.. Bangun Ayah! Ayah kenapa ninggalin Bunda sama Rani? Katanya Ayah sayang sama Rani, katanya Ayah masih mau bawa Rani jalan-jalan? Katanya Ayah pengen lihat Rani khatam menghafal 30 Juz Al-Quran Bunda, Ayah kenapa? Ayah kenapa Bunda?"
Bunda Rani memeluk Rani sambil menangis "Ayah kamu terkena serangan jantung Nak, tadi setelah sholat subuh ayah kamu langsung jatuh dan pingsan. Bunda langsung bawa kerumah sakit tapi nyawa ayah kamu sudah tidak bisa diselamatkan." Jawab bunda Rani sambil menangis.
"Kita harus sabar ya nak, kita memang sangat sayang sama ayah, tapi Allah jauh lebih sayang," ucapnya lagi.
"Selamat jalan ayahku sayang, suatu hari nanti bunda sama Rani bakal nyusul ayah, Rani janji bakal ngasi hadiah berupa mahkota itu kepada ayah dan bunda kelak," ucap Rani sambil memeluk ayah nya yang sudah meninggal.
Selang beberapa hari, Rani kembali lagi ke pondok, di sana dia tampak rajin dan giat menghapal Al-Qur'an dari biasanya. Rani selalu mengingat kata-kata ayahnya, "Kalau bukan Rani, siapa lagi yang bisa banggain ayah dan bunda kelak bisa bawa ayah dan bunda ke syurga."
Ditulis oleh : Dinda Mutiara Rofika (Kelas X-C)
Tags :
Lutfi
MEDIA SMAS PLUS MIFTAHUL ULUM
Ditunggu ide-idenya pada kolom komentar sebagai ikhtiar bersama meningkatkan kualitas pendidikan
- Lutfi
- Jl. Pesantren No. 11 Tarate Pandian Sumenep
- smaplusmu@gmail.com
- 085233233188

Posting Komentar