Jadwal MPLS SMA Plus Miftahul Ulum Tahun Ajaran 2021/2022
Berikut kami sampaikan jadwal Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) bagi peserta didik baru SMA Plus Miftahul Ulum. Silakan unduh file tersebut.
Berikut kami sampaikan jadwal Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) bagi peserta didik baru SMA Plus Miftahul Ulum. Silakan unduh file tersebut.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Sehubungan dengan pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), kami menyampaikan bahwa MPLS akan dilaksanakan pada:
hari : Rabu-Jumat
tanggal : 21-23 Juli 2021
via : Google meet
Untuk kelancaran acara tersebut berikut juga kami sampaikan tata tertib peserta MPLS.
MENUJU SEKOLAH PENGGERAK
Pada tanggal 16 Juni 2018 Kepala SMA Plus Miftahul Ulum yang ke 3 baru dilantik, hingga saat ini dalam menjalankan tugasnya kurang lebih selama 3 tahun, dalam kepemimpinannya ibu Rumzil Azizah, M,Pd banyak trobosan-trobosan yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di lingkungan SMA Plus Miftahul Ulum, salah satunya yang dilakukan baru-baru ini belliau mendaftarkan diri untuk mengikuti Sekolah Penggerak yang diadakan oleh Kemendikbud, yang mana program ini adalah upaya untuk mewujudkan visi Pendidikan Indonesia dalam mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila.
Program ini berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistic yang mencakup kompetensi ) literasi dan numerasi) dan karakter, diawali dengan SDM yang unggul (Kepala Sekolah dan Guru) dan juga program ini merupakan penyempurnaan program transformasi sekolah sebelumnya. Program sekolah penggerak akan mengakselerasi sekolah negeri/swasta di seluruh kondisi sekolah untuk bergerak 1-2 tahap lebih maju. Program dilakukan bertahap dan terintegrasi dengan ekosistem hingga seluruh sekolah di Indonesia menjadi program sekolah penggerak.
Dalam tes tahap 2 ini, pertama saya seolah-olah megajar di depan siswa selama 10 menit, setalah itu kurang lebih 2.5 jam wawancara yang isinya mengenai kebijakan-kebijakan yang saya putuskan selama saya memimpin, dan juga terobosan-terobosan yang saya lakukan dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah saya pimpin. Dalam hal ini saya lakukan hanya untuk memberikan motivasi bagi semua guru dan siswa agar selalu berperan aktif dalam meningkatkan mutu sekolah kita, kalau guru bisa ditunjukkan dalam meningkatkan kompetensinya dan juga loyalitas dalam menjalankan tupoksinya sedangkan murid semangat dalam menimbah ilmu dan mentaati aturan yang ditetapkan oleh sekoalah. Kita tunggu hasil dari tes tahap ke 2 ini, somoga hasilnya sesuai harapan kita semua, pungkas neng sisil. Pesan beliau sebelum tem redaksi mengakhirinya adalah “selama saya diberi kesempatan untuk tetap memimpin di lembaga ini, saya waqafkan diri saya untuk mengabdi secara totalitas” ungkap neng sisil sambil menutup wawancara kami sambil melepas senyumnya pada kami. (Dankey.Red)
Rujakan hadirkan kebersamaan dan kekompakan | Sumber: yatimmandirijombang.wordpress.com |
Siapa sih yang tidak menginginkan tempat kerja yang penuh kehangatan, keakraban, kebersamaan dan kekompakan antarindividunya? Pasti jawabnnya ingin sekali, apalagi jika bekerjanya di lingkungan sekolah yang selalu berurusan dengan orang banyak, yaitu siswa yang mana dituntut menjadi teladan bagi siswa-siswinya.
Untuk membangun hal-hal semacam itu, penulis akan memberikan ulasan terkait kegiatan apa saja yang dapat memantik kebersamaan dan kekompakan dalam lingkungan kerja. Hal-hal yang dipaparkan berikut ini berdasarkan pengalaman penulis dan di lingkungan kerja penulis yaitu sekolah. Tips-tips lain pasti banyak dan setiap lingkungan kerja memiliki karakter sendiri. Namun, tak ada salahnya manakala tips berikut sebagai tambahan referensi saja.
Rujakan bareng
Pernahkan Anda merasakan pedas bersama dan kemudian mengucap syukur bersama? Nah, kalau belum kegiatan ini perlu dicoba di lingkungan kerja Anda! Yups, rujakan adalah jurus jitu yang dapat membangun kebersamaan dan kekompakan dalam lingkungan kerja, terlebih di sekolah.
Di sekolah, kegiatan ini dapat dilakukan bersama rekan guru sebagaimana di tempat kerja penulis. Kegiatan ini biasanya diprakarsai oleh ibu-ibu dengan urunan, ada yang membawa buah, cabe, kerupuk, keripik, atau petis. Untuk memulai, ibu-ibu biasanya membuat daftar di group whatsapp siapa saja yang akan membawa bahan-bahan untuk rujakan. Esok harinya, tinggal dieksekusi.
Apa hikmah dari rujakan bareng itu? Tentu banyak. Sama halnya dengan rujaknya yang terdiri dari beberapa komposisi seperti sambal, buah, kerupuk dan keripik, rujakan rupanya dapat memadukan rekan-rekan guru. Bahkan, tidak hanya ibu-ibu saja, tetapi bapak-bapak juga turut nimbrung manakala rujakan telah dimulai. Hasilnya, ternyata rujakan dapat memberikan stimulus kebersamaan.
Sensasi pedas saat rujakan menimbulkan efek goyang lidah dan bibir yang tidak karuan, tapi nikmat dan seru karena bersama-sama. Rujak dengan sensasinya telah mengajarkan bahwa dalam satu lingkungan kerja, kita adalah saudara. Pedasnya sambal, kecutnya mangga, dan renyahnya kerupuk serta keripik berpadu menghasilkan suatu hal yang membuat penikmatnya bersyukur.
Olahraga bareng
Masih ingat dengan pepatah "Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat"? Pepatah ini mengindikasikan bahwa betapa pentingnya menjaga kesehatan tubuh. Salah satu cara untuk menjaga kesehatan tubuh adalah dengan berolahraga. Berolahraga juga dapat membantu menjaga daya tahan tubuh kita dari berbagai macam penyakit. Asalkan, olahraga yang dilakukan tidaklah berlebihan.
Meskipun belum tentu dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, olahraga sangat banyak manfaatnya. Olahraga dapat dilakukan sendiri atau secara bersama-sama. Olahraga sendiri tentu memiliki perbedaan dengan olahraga bersama. Ibarat pribahasa menyelam sambil minum air, olahraga bersama dengan rekan kerja di sekolah selain dapat menambah kesehatan, dapat pula menambah kedekatan antarteman.
Olahraga yang dilakukan bersama dapat menumbuhkan kekompakan, sebab dari mulai awal perencanaan kegiatan telah dijadwalkan bersama dan dipilih bersama perihal olahraga yang digemari. Olahraga yang dapat dilakukan bersama-sama dapat dikategorikan menjadi olahraga mandiri dan kelompok. Olahraga mandiri semisal lari dan sepedaan yang lagi banyak dininati saat ini. Olahraga kelompok semisal badminton dan futsal.
Lomba antarteman
Mari sejenak mengenang kembali masa kecil dulu ketika sering mengikuti lomba agustusan. Apa yang Anda pikirkan dengan masa tersebut? Pasti keseruannya. Ya, seru dan penuh suka cita saat mengikuti lomba tersebut. Bertanding melawan orang lain yang dikenal maupun tak dikenal, menang atau kalahkalah tetap saja meriah dan gembira. Syukurnya, malah menambah keakraban dengan orang lain dan mendapatkan teman baru.
Bisakah guru-guru, tenaga kependidikan dan pegawai lainnya di sekolah begitu kembali? Tentu bisa. Di sekolah, agenda semacam itu dapat dilaksanakan pada satu kegiatan tengah semester, agustusan, dan setelah ujian semester digelar. Pelaksanaan kegiatan lomba antarguru dapat bersamaan dengan lomba antarsiwa.
Lantas lomba apa saja yang dapat dimainkan oleh guru? Jawabannya, lomba yang ringan namun menghibur semisal lomba balap bakiak, makan kerupuk, tarik tambang, dan lain sebagainya. Dengan lomba semacam itu, selain untuk hiburan, penulis meyakini akan memunculkan kehangatan dalam lingkungan kerja.
Silaturahmi
Jurus yang satu ini sudah tidak diragukan lagi manfaatnya. Keterangan-keterangan mengenai manfaat silaturrahmi telah banyak diungkap. Misalnya, silaturrahmi dapat memanjangkan umur dan menambah rezeki sering kali kita dengar. Silaturahmi dapat menambah kerukunan dan keharmonisan hubungan dengan keluarga, teman, dan masyakarat secara luas tidaklah diragukan lagi.
Efek lain dari silaturahmi secara psikologis, yaitu dapat memunculkan perasaan bahagia, baik yang berkunjung maupun yang dikunjungi. Bagi mereka, terutama yang dikunjungi akan merasakan nilai-nilai kepedulian, kebersamaan, dan kekompakan dalam lingkungan kerja, terutama di sekolah. Dari nilai-nilai yang terdapat dalam silaturrahmi itulah secara tidak langsung telah memberikan motivasi dan gairah kerja bagi yang dikunjungi.
Individu yang akrab dan kompak akan berdampak pada motivasi, cara kerja, dan target yang ingin dicapai. Hal-hal di atas barangkali bermanfaat untuk dijadikan pertimbangan dalam memilih aktivitas yang mampu mengakrabkan seluruh komponen di lingkungan kerja, khususnya sekolah.
Salam
Ilustrasi menulis di buku catatan (Sumber: shutterstock via kompas.com) |
"Anak-anak adakah di sini yang suka membaca novel?" Tanya Bu Guru Rani kepada siswa.
"Banyak Bu. " Jawab siswa serentak sambil mengacungkan tangan. Hanya ada sebagian siswa yang tangannya tetap dibawah dan barangkali memang tidak suka membaca.
"Baiklah, luar biasa. Novel apa yang dibaca?" Bu Rani mulai menelisik kegemaran siswa.
"Yang romantis-romantis Bu. " Kelas kembali riuh.
"Seru kan ceritanya?"
"Iya Bu!" Dengan kompak.
"Terus, ada yang ingin menulis seperti itu? Ada yang suka menulis?" Akhirnya Bu Rani mulai bertanya tentang tujuan pembelajarannya.
Pada bagian pertanyaan ini siswa mulai kicep. Hanya sebagian siswa yang berani mengacungkan tangan dan menjawab.
"Ada yang bisa menulis?"
Pertanyaan Guru Rani yang bagian tersebut justru membuat siswa tidak mengacung dan malah membuat siswa bertanya dan mengeluh. Ada yang bilang kalau menulis itu susah dan lebih mudah berbicara. Ada pula yang mengatakan kalau lebih senang membaca ketimbang menulisnya.
Ilustrasi seperti di atas acapkali kita temukan. Bahkan, bukan hanya untuk kalangan siswa. Di kalangan mahasiswa dan masyarakat luas pun begitu. Rasa-rasanya menulis memang memunculkan permasalahan serius dan menjadi tantangan yang perlu keberanian untuk menerabasnya.
Menulis yang sifatnya aktif produktif sama halnya dengan keterampilan berbicara dalam bahasa. Dalam berbicara, perasaan minder atau tidak percaya diri dalam menyampaikan sesuatu melalui lisan membuat si pembicara gugup dan kadang gagap ketika tampil.
Begitu pula dengan menulis, perasaan takut salah dan tulisan jelek membuat seseorang enggan untuk memperlihatkan tulisannya. Paling apesnya, rasa tidak percaya diri ini malah memundurkan hajat seseorang untuk menjadi penulis. Alasan lain yang menyebabkan tulisan tidak kunjung selesai dan terkesan susah dapat disimak berikut ini.
Dihantui rasa malas
Rasa malas tidak hanya menjangkitii keinginan seseorang dalam menulis. Kegiatan apa saja dapat menjadi terbengkalai karena penyakit yang satu ini. Terlebih dalam kegiatan yang berhubungan dengan kebaikan. Jangankan menulis, dalam ritual-ritual keagamaan semisal shalat dan puasa saja sering kali harus berjibaku melawan rasa malas ini.
Dalam kegiatan menulis, rasa malas menjadi momok yang dapat mengurungkan keinginan menulis. Rasa malas ini dapat hadir dalam setiap waktu, sebelum menulis, saat menulis dan akhir menulis. Saat di awal menulis yang identik dengan tahap persiapan, rasa malas menghampiri saat pengumpulan referensi dan membacanya.
Kita tahu bahwa salah satu resep untuk menulis adalah membaca. Membaca dapat menjadi modal pertama seseorang untuk menulis. Dengan membaca, setidaknya berbagai kosa kata telah dikuasai, cara-cara penulisan sedikit banyak diketahui. Namun, berbeda jika rasa malas menghantui, kita tidak akan memeroleh apa-apa.
Tidak berhenti pada tahap awal, rasa malas justru dapat hadir saat proses menulis itu berlangsung. Di tengah proses menulis kadang kita malah merasa tiba-tiba malas untuk melanjutkan tulisan atau kerap juga memilih menunda dan melanjutkan di lain waktu padahal tulisan itu dapat diselesaikan waktu itu juga.
Di akhir pun juga begitu, kerap kali malas untuk mempublikasikan tulisan tersebut sehingga memilihnya untuk disimpan dan didiamkan begitu saja. Tulisan yang layak untuk dibaca oleh khalayak ramai kemudian menjadi konsumsi pribadi.
Pandangan yang keliru
Mari alihkan sejenak pandangan kita kepada anak kecil yang sedang belajar berjalan atau anak kecil yang sedang belajar naik sepeda. Kita dapat mengambil pesan dari semangatnya belajar, semangat mencoba meski mereka beberapa kali jatuh dan bersimpuh. Mereka kadang tidak peduli kalau lututnya harus lecet dan lebam. Pada intinya mereka akan bisa berjalan dan naik sepeda.
Anak-anak yang belajar berjalan atau naik sepeda tidak berpandangan bahwasannya berjalan itu susah dan bersepeda itu rumit. Mereka tidak peduli kalau harus jatuh berkali-kali dan menyurutkan niat mereka agar bisa berjalan dan bersepeda. Hingga pada akhirnya mereka pun bisa dan orang tuanya turut bangga.
Anak-anak kecil tersebut yang tidak memandang sulitnya belajar berjalan dan naik sepeda setali tiga uang dengan kegiatan menulis. Menulis amatlah mudah jika ada kemauan dan percobaan yang rutin. Pandangan tentang susahnya menulis hanya bagi orang yang enggan untuk mencobanya dan bersabar dalam mempraktikannya.
Pandangan tentang menulis itu susah merupakan pandangan yang keliru. Secara sederhana, kita telah mengetahui jumlah huruf alfabet dalam bahasa Indonesia sebanyak 26 dengan 5 huruf vokal dan 21 huruf konsonan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita telah menggunakan huruf-huruf tersebut ketika berbahasa baik dalam bahasa tulis maupun lisan. Kita dapat membayangkan betapa mudahnya bukan bermain-main dengan huruf sebagaimana dalam kehidupan sehari-hari?
Sebatas impian
Pernah rasanya ketika mengikuti seminar dan penyajinya adalah penulis-penulis buku best seller macam Asma Nadia dan Tere Liye tiba-tiba muncul perasaan tergugah untuk menulis. Perasaan tersebut menggebu-gebu dan rasanya ingin segera dihadapan komputer atau laptop. Namun, setelah acara seminar selesai, malah perasaan tersebut selesai pula.
Pernah juga merasa tergugah ketika membaca novel romantis seperti Dilan, lly From 3800 FT, Dear Nathan dan novel romantis lainnya. Novel-novel tersebut seperti memberi pengaruh positif untuk menuliskan guratan kisah pembaca di atas lembaran. Akan tetapi, setelah selesai membaca, pembaca tak kunjung menuliskannya.
Apa yang terjadi? Mengapa cita-cita ingin menuliskan kisah hidup tidak terealisasi? Jawabannya barangkali apa yang diinginkan hanya sebatas impian. Dalam artian, keinginan yang menggebu tidak diikuti dengan tindakan nyata. Sebab, kita tahu bahwasannya menulis yang sifatnya aktif produktif tidak akan selesai jika hanya sebatas mimpi yang ada di angan-angan.
Menulis memang tidak semudah membalikkan telapak tangan dan tidak seinstan memasak mie instan. Latihan menjadi modal penting bagi siapa saja yang ingin menulis atau bahkan menjadi penulis. Menulis akan terasa susah dan tak kunjung selesai manakala hanya sebatas impian.
Tidak istiqomah
Jika memiliki pandangan bahwa penulis hebat itu hanya sekali mencoba dan langsung jadi kemudian terkenal, maka pandangan ini perlu kita ubah sedikit. Ada banyak penulis terkenal yang tak sedikit ditempa cobaan, penolakan penerbitan hasil tulisan, bahkan ada yang harus rela mengeluarkan modal besar untuk menerbitkan karyanya sendiri. Namun, mereka tetap berusaha keras berusaha agar tulisannya enak dibaca dan layak terbit.
Apa hikmah dari semua itu? Hikmah yang dapat kita ambil adalah bagaimana mereka terus mencoba dan tidak menyerah. Mereka tetap istiqomah atau teguh pendirian bahwa karya mereka layak untuk dibaca khalayak ramai. Di samping itu mereka tetap mengasah kemampuan mereka dengan tetap menulis. Ibarat kata, pisau semakin diasah makan semakin tajam. Begitu pula mereka, kemampuan menulis yang terus diasah berujung pada hasil karya yang hebat dan terkenal.
Bagi yang ingin belajar menulis, kadang hal yang seperti ini terlewati untuk diamati. Tidak istiqomahnya keinginan yang dibarengi dengan tidak istiqomahnya tindakan atau praktik menulis yang berkelanjutan malah akan menimbulkan mundurnya kemampuan. Terlebih lagi bagi orang yang menulisnya musimam, akan menyebabkan tidak terasahnya kemahiran menulis.
Gagal fokus
Istiqomah tidak melulu pada tindakan terus-menurus menulis secara rutin. Akan tetapi, istiqomah perlu diterapkan pada pembahasan satu topik dalam menulis. Artinya, penulis harus fokus terhadap satu ide tulisan yang harus diselesaikan.
Misalnya, ketika sedang asyik menulis perihal lingkungan hidup kemudian muncul lagi ide tentang pendidikan. Dari munculnya ide baru ini kemudian si penulis beralih ke topi satunya. Nah, peralihan dari satu ide ke ide lainnya inilah yang disebut dengan penulis yang gagal fokus.
Gagal fokus yang tidak diatasi akan menyebabkan tulisan sebelumnya tidak terselesaikan. Jika berkelanjutan, maka bertumpuklah tulisan-tulisan yang tidak selesai. Oleh karena itu, penulis harus bersabar dan mampu mengendalikan hasrat untuk menulis ide lain.
Berkonsentrasi atau berfokus pada satu ide tulisan akan membantu si penulis untuk segera menyelesaikan tulisannya. Cara lain yang dapat dilakukan penulis untuk mengatasi hal ini adalah dengan mencatat pokok-pokok ide baru yang muncul dalam catatan yang berbeda. Ide baru tersebut kemudian dapat dilanjutkan setelah tulisan sebelumnya selesai.
Sebagai kesimpulan dan motivasi, apa yang kita inginkan dalam menulis pasti akan terwujud manakala ada niat, usaha dan keberanian melawan hambatan dalam menulis. Kelima alasan tulisan tidak selesai dan terkesan susah yang telah disebutkan di atas merupakan hambatan secara umum. Setiap orang tentu memiliki pengalaman yang berbeda. Oleh karena mari sambung dalam komentar.
Salam