Home » All posts
Minggu, 22 Maret 2020
Minggu, 08 Maret 2020
Membandingkan Penyebaran Virus Corona dan Virus Membaca
Akhir-akhir ini bahkan sampai sekarang, masyarakat Indonesia dibuat panik dan takut oleh virus corona atau Covid-19. Virus yang berasal dari China, tepatnya Kota Wuhan ini telah menelan lebih dari tiga ribu korban jiwa. Di Indonesia sendiri empat orang dinyatakan suspect corona dan sekarang masih dalam perawatan. Penyebarannya yang begitu cepat ke beberapa negara telah menjadi ancaman serius.
Pernyataan di atas hanyalah suatu pengantar agar kita membayangkan dalam tempo dua bulan virus corona telah menyebar dengan cepat dan menelan korban. Selanjutnya mari kita komparasikan dengan virus membaca, lalu bayangkan bagaimana jika seandainya virus membaca menjangkiti setiap penduduk Indonesia sama cepatnya dengan penyebaran virus corona. Maka, tidak ayal lagi negara ini akan mengalami peningkatan indeks literasinya.
Memang rasanya kurang pas membandingkan dua virus yang kontras ini, yang satu ditanggulangi penyebarannya dan satunya lagi diusahakan menyebar tetapi marilah kita lihat dari sisi yang berbeda. Sejauh ini, segala bentuk upaya dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk menanggulangi penyebaran virus corona. Mulai dari edukasi penanggulangan virus corona, sampai pada pelarangan dan penutupan perjalanan ke beberapa negara.
Dalam usaha penyebaran virus membaca, pemerintah juga telah berusaha meningkatkan indeks literasi membaca penduduknya. Bahkan, usaha ini pun sudah lama dilakukan. Bisa dilihat salah satu usaha pemerintah, yaitu dicetuskannya gerakan literasi nasional pada tahun 2016 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Gerakan literasi nasional kemudian dipecah menjadi tiga bagian, yaitu gerakan literasi keluarga, gerakan literasi sekolah dan gerakan literasi masyarakat.
Lain usaha pemerintah, lain pula usaha pemerhati dan penggiat literasi dalam menyebarkan virus membaca. Dewasa ini, kepedulian terhadap pentingnya membaca menumbuhkan semangat pemerhati dan penggiat literasi baik yang mandiri maupun komunitas. Oleh karenanya dapat kita jumpai saat ini penggiat literasi mandiri menjajakan buku dengan mobil literasi, kuda literasi, dan perahu literasi. Sementara itu, penggiat literasi komunitas mendirikan taman bacaan masyarakat yang dikelola oleh sukarelawan.
Lalu pertanyaanya sekarang, bagaimana peningkatan literasi membaca penduduk Indonesia setelah virus-virus membaca telah disebarkan secara nasional beberapa tahun yang lalu? Untuk menjawab pertanyaan ini mari kita tarik dulu ke belakang mengingat kejadian-kejadian penting dalam usaha pemerintah membumikan virus membaca di negara kita.
Sebelum booming-nya istilah literasi, ada istilah buta aksara yang ditujukan untuk mereka yang tidak memiliki kemampuan membaca dan menulis. Keadaan ini disadari oleh pemerintah dan kemudian berusaha mengatasinya sehingga muncullah istilah pemberantasan buta aksara. Usaha pemberantasan buta aksara tersebut dikeluarkan dalam bentuk Instruksi Presiden (Inpres). Pada tahun 1973, Presiden Suharto mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 1973 tentang Program Bantuan Pembangunan Sekolah Dasar. Dikeluarkannya Instruksi Presiden tersebut memberi dampak yang signifikan dimana anak-anal mulai masuk ke sekolah. Selanjutnya pada tahun 1984, Presiden Suharto mencanangkan program wajib belajar enam tahun, yang kemudian disusul lagi pencanangan wajib belajar sembilan tahun pada tahun 1994. Pada tahun 2006, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono turut mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara.
Usaha yang dilakukan pemerintah secara terus menerus hingga saat ini telah membuahkan hasil. Pada tahun 2015 yang lalu mengutip dari laman gln.kemdikbud.go.id, angka penduduk buta aksara sebanyak 5,6 juta orang atau 3,4 persen. Selanjutanya, masih dari sumber yang sama, pada tahun 2018 berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional BPS jumlah penduduk buta aksara telah berkurang menjadi 1,93% atau sebanyak 3,29 juta orang. Tentu kabar ini merupakan kabar gembira bagi kita semua bahwasannya penduduk Indonesia telah melek huruf.
Melihat peningkatan yang cukup signifikan pada tahun 2015, pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kemudian mengeluarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 di samping terus melakukan pemberantasan buta aksara. Salah satu bunyi dari peraturan tersebut adalah membiasakan membaca buku non pelajaran selama lima belas menit sebelum pembelajaran dimulai. Dari situ dapat dilihat transformasi gerakan yang awalnya pemberantasan buta aksara menuju habitus membaca.
Transformasi pemberantasan buta aksara menuju habitus membaca memiliki tantangan. Tantangan tersebut bisa datang dari dalam diri seperti malas membaca, membaca adalah pekerjaan membosankan, dan membaca pekerjaan anak kecil. Tantangan dari dapatlah kita merujuk pada penelitian Lukman Sholihin, dkk (2019) tentang Indeks Iiterasi Membaca 34 Provinsi menunjukkan bahwa aktivitas literasi membaca nasional tergolong rendah. Penelitian tersebut melihat dari empat aspek, yaitu aspek kecakapan, dimensi akses, dimensi alternatif, dan dimensi budaya. Dari keempat aspek tersebut, aspek dimensi akses dan dimensi budaya yang banyak memengaruhi rendahnya literasi membaca penduduk. Dimensi akses dapat kita lihat bersama dimana akses terhadap buku belum sepenuhnya merata. Di kota sudah terbantu dengan adanya toko buku, taman bacaan, perpustakaan sekolah, dan perpustakaan umum. Sementara itu, di desa atau di pelosok masih minim akses untuk membaca.
Dari uraian di atas kita dapat membandingkan dan menyimpulkan bahwa penyebaran virus corona dan virus membaca. Virus corona dalam waktu dua bulan lebih telah menjadi ancaman serius berbagai negara termasuk Indonesia. Terus bertambahnya jumlah korban telah membuat panik dan takut hingga penduduk Indonesia jauh-jauh hari telah memborong masker dan handsanitaizer. Dampaknya pun cukup meluas ke berbagai sektor, seperti pendidikan, ekonomi, bisnis, wisata dan lain-lain.
Virus membaca yang telah lama disebarkan – mulai dari pemerintahan presiden pertama sampai sekarang - masih menemui tantangan besar. Pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat masih perlu menjawab pernyataan UNESCO dan hasil survey PISA. Pernyataan UNESCO yang menunjukkan dari seribu penduduk Indonesia hanya satu yang rajin membaca dan survey PISA tahun 2018 tentang kemampuan membaca yang menunjukkan Indonesia berada pada urutan ke tujuh dari bawah dari tujuh puluh delapan negara tidaklah membuat panik atau takut banyak kalangan. Kita tidak buru-buru pergi ke toko, perpustakaan, dan taman bacaan untuk membeli masker yang berupa buku, majalah, koran dan sumber bacaan lainnya untuk menanggulangi kejadian ini. Seolah hal menjadi jamak di masyarakat Indonesia. Padahal virus corona dapat kita tanggulangi dengan literasi, mulai dari membaca, kemudian menganalisis, menyintesis, mengevaluasi sampai pada tahap pengambilan keputusan untuk menanggulangi virus corona.
Artikel ini juga telah tayang di:
https://www.kompasiana.com/lutfitongar/5e6479a5097f364d03724b02/membandingkan-penyebaran-virus-corona-dan-virus-membac
Rabu, 04 Maret 2020
HARI KETIGA TAMU SPECIAL USP-BKS
HARI KETIGA TAMU SPECIAL USP-BKS
Hari ketiga USP-BKS Rabu, 4 Maret 2019 SMA Plus Miftahul Ulum dedatangan tamu special Kepala Cabang Dinas Provinsi Wilayah Kabupaten Sumenep Bapak Drs. Sugiono Eksantoso, MM, tanpa ada konfirmasi ke pihak sekolah, beliau juga di damping oleh stafnya Bapak Saiful Bahri, S.An.
Dalam kunjungannya beliau meninjau dan memonitoring pelaksanaan USP-BKS dan memastikan pelaksanaan terebut berjalan dengan lancar. Ketika masuk keruangan di Lab 1 beliau memberikan motifiasi terhadap peserta agar mengerjakannya secara hati-hati dan cermat dalam menjawab soal USP-BKS, dan juga mendorong siswa agar melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi setelah lulus dari sekolah menangah.
Setelah memantau pelaksanaan USP-BKS beliau juga memberikan motivasi dan memberikan gambaran kepada Kepala Sekolah Ibu Rumzil Azizah, S.Pdi bahwa sekolah ke depan tantangannya semakin berat baik peningkatan kompetensi kepala sekolah, guru dan siswa, selain itu juga beliau menyampaikan bahwa sekolah yang tidak meningkatkan mutunya akan tersisihkan dengan sendirinya dalam artian mengurangnya kepercayaan masyarakat terhadap sekolah tersebut.
Selasa, 03 Maret 2020
UJIAN SATUAN PENDIDIKAN BERBASIS KOMPUTER & SMARTPHONE TAHUN PELAJARAN 2019/2020
UJIAN SATUAN PENDIDIKAN BERBASIS KOMPUTER & SMARTPHONE
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Siswa kelas XII SMA Plus Miftahul
Ulum melaksanakan Ujian Satuan Pendidikan Berbasis Komputer & Smartphone
(USP-BKS) dimulai pada hari Senin, 2 Maret 2020 dan berakhir pada hari Rabu, 11
Maret 2020. Hari ke dua dalam pelaksanaan USP-BKS SMA Plus Miftahul Ulum
mendapat kunjungan oleh Pengawas Binaan Sekolah yaitu Bapak Rusliy, Mp.d,
beliau memantau proses pelaksanaan USP-BKS dan memastikan pelaksanaan tersebut
berjalan dengan lancar. Ketika Bapak Rusliy, M.Pd memantau ke ruangan USP-BKS
beliau mengapresiasi terhadap kebijakan sekolah yang menetapkan pelaksanaan
ujian tersebut menggunakan computer, walupun dalam Domnis yang di edarkan ke
sekolah menengah oleh Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Timur memperbolehkan USP-BKS menggunakan Smartphone. Bapak
Rusliy, M.Pd berpesan agar memprerioritaskan siswa dalam hal apapun, hal
tersebut akan mendongkrak mutu pendidikan di dalam sekolah.
Senada dengan apa yang disampaikan
oleh Wakasek Kurikulum Bapak Nilta Najm, bahawa persiapan kegiatan tersebut
jauh-jauh hari sudah dipersiapkan oleh sekolah baik untuk meningkatkan
kompetensi siswa dalam pemahaman materi yang di ujikan dan juga sarana
prasarana. Namun ada hal yang kurang berkaitan sarana Prasarana di ruang Lab 2
yaitu sarana AC, karena cuaca yang panas sehingga mengganggu kenyamanan siswa
dalam melaksanakan ujian. Setelah di sampaikan kepada kepala sekolah Ibu Rumzil
Azizah, S.Pd.I beliau langsung mengambil sebuah kebijakan bahawa akan ada pemasangan
AC 2 Unit di Ruang Lab 2 dalam minggu ini.
Semoga pelaksanaan USP-BKS
berjalan dengan lancar tanpa hambatan dan juga mendapatkan hasil yang memuaskan
bagi siswa dan sekolah.
UKS SMA Plus Miftahul Ulum Jalin Kerjasama dengan Poskestren Al-Usymuni
Pandian, Sumenep. Ulfah Wildani, pembina UKS SMA Plus Miftahul Ulum menggandeng Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) Al-Usymuni untuk meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap siswa. Usaha itu ditandai dengan ditandanganinya perjanjian kerjasama di antara kedua belah pihak, Selasa (3/3/2020).
Penandatangan surat perjanjian kerjasama tersebut dibungkus dalam satu acara yang bernama Penyuluhan Kesehatan dengan tema "Kesehatan Gigi dan Mulut". Acara itu dihadiri seluruh siswa SMA Plus Miftahul Ulum, guru dan perwakilan dari pihak Poskestren.
Ketika ditemui tim redaksi, Ulfah Wildani, yang akrab disapa Bu Ulfah mengaku senang dengan kerjasama ini dan berharap tujuan kerjasama yang dijalinnya berdampak positif terhadap pelayanan kesehatan siswa di sekolah.
"Saya merasa senang dengan kerjasama ini. Setidaknya, usaha ini adalah langkah awal dari tujuan meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas terhadap siswa," pungkasnya.
Beliau juga menambahkan bahwa kedepannya akan mengadakan beberapa kegiatan sebagai bentuk pengimbasan dari kerjasama yang telah dibuat.
"Kedepannya kami akan melakukan beberapa agenda kegiatan yang berkaitan dengan kesehatan di sekolah," imbuhnya.
Penandatangan surat perjanjian kerjasama tersebut dibungkus dalam satu acara yang bernama Penyuluhan Kesehatan dengan tema "Kesehatan Gigi dan Mulut". Acara itu dihadiri seluruh siswa SMA Plus Miftahul Ulum, guru dan perwakilan dari pihak Poskestren.
Ketika ditemui tim redaksi, Ulfah Wildani, yang akrab disapa Bu Ulfah mengaku senang dengan kerjasama ini dan berharap tujuan kerjasama yang dijalinnya berdampak positif terhadap pelayanan kesehatan siswa di sekolah.
"Saya merasa senang dengan kerjasama ini. Setidaknya, usaha ini adalah langkah awal dari tujuan meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas terhadap siswa," pungkasnya.
Beliau juga menambahkan bahwa kedepannya akan mengadakan beberapa kegiatan sebagai bentuk pengimbasan dari kerjasama yang telah dibuat.
"Kedepannya kami akan melakukan beberapa agenda kegiatan yang berkaitan dengan kesehatan di sekolah," imbuhnya.